Jumat, 22 November 2024

Pemkot Surabaya Target 100 Persen Posyandu Transformasi Jadi Posyandu Keluarga 2025

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Skrinning kesehatan pelajar di Puskesmas Pembantu (Pustu). Foto: Diskominfo Kota Surabaya

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menarget 100 persen Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) bertransformasi menjadi posyandu keluarga pada tahun 2025.

Chandra Kusumawardhani Ketua Tim Kerja Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya menyebut, saat ini total ada 2.700 posyandu di Surabaya.

Namun, baru 382 di antaranya yang sudah bertransformasi menjadi posyandu keluarga untuk memfasilitasi skrinning kesehatan masyarakat.

“Di lihat dari antusiasme masyarakat ternyata partisipasi masyarakat cukup bagus. Dari 2700 posyandu, ada 382 yang bertransformasi menjadi posyandu keluarga. Target kami bisa mencapai 100 persen pada tahun 2025,” ungkapnya.

Menurutnya, ini bagian dari upaya pemkot meningkatkan siklus hidup masyarakat, dengan menerapkan Integrasi Layanan Primer (ILP), layanan yang ada di Puskesmas Pembantu (Pustu) setiap kelurahan.

Selain itu ILP juga diwujudkan dengan tersedianya satu RW satu tenaga kesehatan (nakes).

“Secara nyata, integrasi layanan adalah dari kunjungan rumah posyandu keluarga, di mana posyandu sekarang tidak lagi hanya berdasarkan usia balita, remaja, atau lansia tetapi bisa melayani semua sasaran siklus hidup atau usia. Kemudian merevitalisasi puskesmas pembantu di tiap kelurahan dan puskesmas induk,” kata Chandra dalam keterangan pers Diskominfo Kota Surabaya, Kamis (31/10/2024).

Upaya masif skrinning kesehatan ini, menurutnya untuk mengintervenai lebih awal terhadap penyakit menular dan tidak.

Dengan begitu hasil deteksi dini potensi penyakit semakin meningkat. Banyaknya temuan kasus akan mempermudah rencana intervensi kebijakan kesehatan.

“Tidak ada syarat tertentu untuk melakukan skrining, bisa langsung hadir. Sedangkan untuk warga luar Kota Surabaya bisa mengakses layanan terdekat karena tercatat sebagai warga domisili, karena sifatnya adalah pemantauan wilayah sekitar sehingga dipersilahkan,” terangnya.

Selain menunggu pasien, para Kader Surabaya Hebat (KSH) bersama tenaga kesehatan juga melakukan jemput bola ke tiap rumah.

Sementara itu, dr. Gerryd Dina Soepardi Kepala Puskesmas Sawah Pulo Kota Surabaya mengatakan, minimal ada 14 skrinning wajib yang harus masyarakat terima.

“Tenaga kesehatan di Kota surabaya melayani hal tersebut, masyarakat akan dilakukan skrining, minimal ada 14 skrining wajib yang harus mereka terima supaya kita bisa mendekati dini,” kata dia.

Ke-14 skrining itu merupakan layanan sekunder mulai, skrining hipotiroid terhadap bayi baru lahir, thalasemia, anemia, stroke, serangan jantung, hipertensi, Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) yang terjadi pada lansia akibat gaya hidup sebelumnya, TBC, hepatitis, diabetes melitus, kanker paru, payudara, serviks, dan usus.

“14 skrining itu minimal, sebetulnya ada sekitar 75 skrinning yang alangkah lebih baik bisa dilakukan. Minimal bisa melakukan skrinning setahun sekali. Skrinning dapat diakses oleh masyarakat Surabaya di Pustu atau Puskesmas secara gratis, sedangkan warga luar Surabaya bisa skrinning di wilayah domisilinya, tetapi akan dikenakan biaya retribusi pendaftaran,” terangnya. (lta/bil/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
34o
Kurs