Rabu, 30 Oktober 2024

Skor PISA Memprihatinkan, Pemerintah Diminta Fokus pada Pendidikan Dasar

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi - Abdul Mu'ti Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen). Foto: Muhammadiyah

Abdul Mu’ti Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), menargetkan peningkatan skor PISA Indonesia yang saat ini masih rendah, terutama dalam literasi matematika, membaca, dan sains.

Skor PISA Indonesia pada 2022 menurun di semua bidang, menempatkan Indonesia di peringkat ke-66 dari 81 negara.

Untuk mengejar ketertinggalan ini, Abdul Mu’ti berencana meningkatkan minat siswa pada sains dan numerasi sejak dini, termasuk membuat pembelajaran matematika lebih mudah dan menarik.

Ia juga akan memperkuat pelatihan guru matematika sesuai arahan Prabowo Subianto, Presiden. Program penguatan numerasi ini ditargetkan berjalan mulai 2025 di jenjang TK dan SD, sebagai dasar peningkatan kemampuan siswa di tingkat lanjut.

Menyikapi hal tersebut, Doni Koesoema Albertus dari Dewan Pengarah Aliansi Penyelenggara Pendidikan Indonesia mengakui bahwa skor PISA Indonesia pada 2022 sangat memprihatinkan.

“Ini menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran anak-anak Indonesia semakin turun. Dan yang turun bukan hanya di level matematika saja, tetapi terutama di reading literasi. Sebenarnya, jika reading literasi bisa diatasi, mungkin matematikanya bisa terbantu,” katanya dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya pada Rabu (30/10/2024) pagi.

Ia menambahkan, hal ini karena banyak soal-soal tes PISA adalah model soal cerita. Jadi, jika anak tidak paham arti dalam soal cerita, maka mereka tidak bisa menjawab.

“Terlepas dari itu, usaha pemerintah untuk memulai memperbaiki hasil dari tes PISA ini, saya rasa patut diberi apresiasi,” ujar Doni.

Doni mengingatkan bahwa tes PISA perlu ditempatkan secara proporsional. Sebab Indonesia sangat luas, dengan jumlah sekolah ratusan ribu dan jumlah murid sekitar 60 juta. Namun, dalam tes PISA, yang diambil sebagai sampel hanya sedikit.

“Sehingga sudah pasti tidak akan representatif. Akan tetapi, sebagai usaha untuk mengikuti apa yang ada di dalam masyarakat internasional, saya rasa bisa,” katanya.

Tapi ia menekankan bahwa lebih baik pemerintah tidak berfokus di sana. Ia menyarankan agar fokus ke anak-anak Indonesia dengan mempersiapkan pendidikan dasar.

“Kita ubah agar anak-anak bisa memiliki kemampuan matematika dan kemampuan belajar yang baik. Itu akan menyelesaikan banyak masalah,” terangnya.

Doni juga meminta pemerintah untuk mentransformasi kurikulum pendidikan di Indonesia. Misalnya, untuk anak SD yang dinilai memiliki banyak pelajaran dan materi. Ia meminta hal ini ditata ulang.

“Untuk Tes PISA 2022, saya melihat di Kementerian Pendidikan sudah memilih sampelnya. Hampir 55 persen semua sekolah ada di Pulau Jawa, dan itu termasuk sekolah dengan akreditasi A. Ini artinya, kita sudah berusaha memilih sekolah-sekolah terbaik untuk tes PISA saja, tetapi hasilnya jeblok. Jadi, ini memang tidak mudah,” jabarnya.

Doni menambahkan, Abdul Mu’ti sebagai nakhoda baru di Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah akan mendengarkan dulu bagaimana aspirasi masyarakat terkait implementasi Kurikulum Merdeka.

“Jadi harus membuka telinga lebar-lebar untuk mendengarkan fakta di lapangan. Sebab selama ini yang terjadi adalah masyarakat dijejali dengan data-data seolah hampir 97 persen semua sekolah melakukan Kurikulum Merdeka ini,” ujarnya.

Faktanya, menurut Doni, penerapan Kurikulum Merdeka di kota-kota besar saja masih amburadul. Karena pelatihannya tidak tersistematis. Yang dilatih hanya kelompok tertentu, terutama guru penggerak, dan itu jumlahnya sangat kecil karena Indonesia ini sangat luas.

“Tetapi sekolah-sekolah sudah dipaksa untuk menerapkan IKM hanya dengan mendaftar. Bahkan di daerah 3T itu belum melaksanakan Kurikulum Merdeka sama sekali,” terangnya.

Dengan fakta-fakta itu, Doni meminta pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah untuk lebih bijak.

“Menurut saya, solusi terbaik adalah yang sudah melakukan Kurikulum Merdeka dengan baik, silakan dilanjutkan. Tetapi yang tidak, silakan memakai kurikulum yang selama ini sudah bagus yang mereka lakukan, dan itu membuat mereka lebih efektif mengajar. Nah, nanti sambil pelan-pelan diperbaiki,” terangnya. (saf/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Teriknya Jalan Embong Malang Beserta Kembang Tabebuya

Bunga Tabebuya Bermekaran di Merr

Kebakaran Pabrik Plastik di Kedamean Gresik

Surabaya
Rabu, 30 Oktober 2024
37o
Kurs