Sabtu, 23 November 2024

Taufiq Ismail Luncurkan Buku Puisi Berbahasa Prancis di Paris

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Taufiq Ismail Sastrawan Indonesia. Foto: puisi.co

Taufiq Ismail Sastrawan Indonesia meluncurkan bukunya berjudul “Cendres sur Cendres” dalam sebuah acara bertajuk Un Apres Midi Avec Taufiq Ismail (Suatu Siang Bersama Taufiq Ismail) di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Paris, Prancis.

Surya Rosa Putra Atase Pendidikan KBRI Paris, sebagaimana dilansir Antara, Minggu (1/7/2018), mengatakan, pihaknya yang memfasilitasi acara presentasi dan dialog tentang buku kumpulan puisi Taufiq Ismail itu.

Dialog itu dipandu Etienne Naveau, staf pengajar Institut National des Langues et des Civilisations Orientales (Inalco) Paris. Helatan itu dikoordinasi oleh asosiasi Pasar Malam, sebuah Organisasi Franco-Indonesia yang bergerak dalam promosi literasi Indonesia di Prancis.

Di acara peluncuran buku puisi “Debu di Atas Debu” versi bahasa Prancis setebal 595 halaman, hasil terjemahan Etienne Naveau (juga memandu acara), yang diterbitkan Majalah Sastra Horizon pada 2015 itu, Taufiq sempat membacakan sejumlah puisi.

Taufiq mengemas presentasinya dengan membacakan empat puisi bersama Etienne dan Odile, salah seorang warga Prancis penggemar karya-karya Taufiq. Setiap puisi itu menggambarkan tonggak-tonggak perjalanan sastra Taufiq, sekaligus potret sejarah Indonesia saat itu.

Mengawali presentasinya, Taufiq membacakan puisi “Dengan Puisi, Aku”, yang ditulisnya pada 1965. Taufiq mengaku memilih berpuisi untuk dikenal orang karena tidak bisa meniru idolanya, ayahnya sendiri, seorang wartawan yang mahir dalam menulis esai.

Selanjutnya, Taufiq membacakan puisi-puisi terkait dengan observasinya pada masa-masa pergerakan 66. Salah satunya, Taufiq menangkap simpati dan dukungan masyarakat pada perjuangan gerakan 66 melalui puisi “Karangan Bunga”.

Menurut Taufiq, puisi tersebut menggambarkan kedatangan tiba-tiba tiga anak kecil dengan karangan bunga untuk korban demonstrasi yang ditembak? mati.

Ia pun mengungkapkan keresahannya terhadap kondisi Indonesia yang terpuruk pada saat itu melalui puisi “Kembalikan Indonesia Padaku” yang ditulisnya di Paris pada 1971.

Dalam pemaparannya, ia membayangkan berbagai potret hari depan Indonesia, bila kondisi tersebut terus berlanjut. Namun, Taufiq juga menyisipkan optimisme terhadap apa yang terjadi melalui puisi lain, “Pantun Terang Bulan di Mildwest”, pada tahun yg sama.

Etienne Naveau melihat puisi Taufiq kaya dengan tema, terutama tema cinta, politik, dan religi. Dia mengaku tertantang dengan puisi-puisi Taufiq karena nilai-nilai Minang yang ada di dalamnya.

M. Michel, seorang pengamat sastra Prancis, menilai puisi-puisi Taufiq bukan sekadar karya sastra, akan tetapi juga karya jurnalistik. Pengamatan itu mengagetkan Taufiq, namun ia mengakuinya.

Acara yang digelar menjelang hari ulang tahun ke-83 sastrawan itu juga dihadiri Hotmangaradja Pandjaitan Dubes RI untuk Prancis, Monaco, dan Andorra, serta para penikmat dan pelaku seni di Prancis.

Pada akhir acara, Taufiq menyumbangkan beberapa buku “Cendres sur Cendres” dan beberapa buku non-komersial karya Taufiq lain untuk Perpustakaan KBRI Paris melalui Hotmangaradja M. P. Pandjaitan selaku Dubes RI untuk Prancis.

Dari Paris, Taufiq bersama rombongan akan melanjutkan perjalanan ke Berlin untuk acara pengenalan “Debu di atas Debu” versi bahasa Jerman.

Taufiq menambahkan, buku itu sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing, seperti Rusia, Arab, Belanda, Inggris dan Prancis.(ant/den/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
30o
Kurs