Minggu, 27 Oktober 2024

Keanggotaan Indonesia di BRICS Dinilai Dapat Mempercepat Perjanjian Bilateral

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Prabowo Subianto Presiden RI disambut Vladimir Putin Presiden Rusia ketika berkunjung ke Moskow pada 29 Juli 2024. Foto: Istimewa

Indonesia dianggap memiliki kesempatan untuk meminta negara-negara kunci dalam blok ekonomi BRICS, seperti Rusia dan China, untuk mempercepat perjanjian bilateral yang selama ini belum optimal.

Teuku Rezasyah Pengamat Hubungan Internasional Universitas Padjajaran mengatakan, Indonesia nantinya akan sering berkonsultasi secara bilateral dan kolektif dengan negara-negara BRICS untuk membahas berbagai perjanjian yang belum berjalan dengan baik.

“Misalnya seperti kerja sama kedirgantaraan dan ruang angkasa, termasuk pembangunan fasilitas nuklir untuk tujuan energi, serta energi terbarukan,” kata Rezasyah dilansir dari Antara pada Sabtu (26/10/2024).

Selain itu, dengan bergabungnya Indonesia sebagai anggota BRICS, terlihat komitmen keanggotaan Indonesia yang lebih tegas daripada tahun-tahun sebelumnya sehingga meningkatkan reputasi Indonesia di kalangan negara-negara berkembang.

“Indonesia berkomitmen tinggi mengabdikan pencapaian dirinya dalam BRICS bagi kemaslahatan negara-negara yang sedang berkembang,” tuturnya.

Tak hanya itu, Rezasyah berpendapat keanggotaan dalam BRICS memungkinkan Indonesia mendapatkan dukungan moral dari para anggota BRICS apabila Indonesia ingin mempersatukan para anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) dan Liga Arab guna mempercepat kemerdekaan Palestina.

Meski terdapat banyak manfaat yang bisa diterima Indonesia, menurutnya ada beberapa tantangan yang harus diwaspadai apabila menyandang status sebagai anggota BRICS, yaitu adanya potensi kalangan Barat pimpinan Amerika Serikat, mempertanyakan kemandirian RI dalam menjalankan kebijakan luar negeri bebas aktif.

Kemudian, terdapat tantangan lainnya berupa menguatnya kritik kubu Barat dengan ekonomi kapitalistik atas kecenderungan ekonomi Indonesia yang terkesan sosialistis serta potensi kalangan Barat membatasi hak istimewa yang Indonesia nikmati selama ini, seperti alih teknologi dan investasi.

Untuk itu, Rezasyah menyarankan agar Indonesia perlu menegaskan kepada dunia bahwa posisi dalam BRICS diputuskan secara mandiri sebagai bukti konsisten dengan kebijakan luar negeri bebas aktif, yang perlu memelihara keseimbangan dalam berhubungan dengan semua kekuatan besar dunia, dalam mengantisipasi berbagai tantangan yang kemungkinan terjadi.

“RI juga perlu menyinergikan semua pencapaian dirinya dalam BRICS dengan arah pembangunan semua negara berkembang di dunia,” ucap Rezasyah. (ant/saf/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Teriknya Jalan Embong Malang Beserta Kembang Tabebuya

Bunga Tabebuya Bermekaran di Merr

Kebakaran Pabrik Plastik di Kedamean Gresik

Surabaya
Minggu, 27 Oktober 2024
27o
Kurs