Sabtu, 23 November 2024

Membesuk Korban Tas Kresek di Hutan Wonorejo

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Komunitas Nol Sampah menggelar kegiatan Mulung Tas Kresek di Timur Posko Petani Tambak Truno Djoyo, Wonorejo, Selasa (3/7/2018). Foto: Denza suarasurabaya.net

Memperingati Hari Tanpa Tas Kresek (Kantong Plastik) Sedunia, Komunitas Nol Sampah menggelar kegiatan mulung tas kresek di sebelah timur Busem Wonorejo, Surabaya, Selasa (3/7/2018)

Wawan Some Komunitas Nol Sampah mengatakan, berdasarkan data yang dia himpun, setiap orang membuang 700 tas kresek per tahun. Berarti ada 2.1 miliar tas kresek yang dibuang warga Surabaya.

“Jerapah di Bonbin (Kebun Binatang) Surabaya di dalam lambungnya ada berkilo-kilo kresek,” ujarnya ditemui usai menggelar kegiatan memulung kantong plastik di Wonorejo.


Anggota Komunitas Nol Sampah memulung sampak kantong plastik atau tas kresek di Muara Avur Wonorejo, Selasa (3/7/2018). Foto: Denza suarasurabaya.net

Dampak lain atas keberadaan tas kresek yang menjadi perhatian Komunitas Nol Sampah adalah terbunuhnya para anakan pohon bakau di kawasan Wonorejo, Rungkut.

Selama perjalanan naik perahu motor milik nelayan dari Posko Paguyuban Petani Tambak Truno Djoyo, Wonorejo, menyusuri sungai menuju Muara Wonorejo, banyak sampah plastik yang ditemukan.

Tidak hanya itu, Hani Ismail, Organisator Komunitas Nol Sampah, bersama rekan-rekannya dan relawan dari Universitas Adi Buana beberapa kali juga mendapati sampah diapers.


Panen sampah plastik di Muara Avur Wonorejo, Selasa (3/7/2018). Komunitas Nol Sampah Berhasil mengumpulkan 5 glangsing 25 kilogram sampah plastik. Foto: Denza suarasurabaya.net.

Setidaknya, hasil kegiatan mulung sampah tas kresek ini menghasilkan sampah plastik-salah satunya juga ditemukan sebuah keranjang belanja plastik-sebanyak lima kantong beras ukuran 25 kilogram.

Hani mengatakan, bahaya tas kresek bagi tanaman mangrove yang masih anakan, bila plastik itu melilit mangrove yang baru ditanam maka pertumbuhannya akan terhambat bahkan mati.

“Karena plastik itu akan menutupi mangrove sehingga tanaman tidak bisa mendapatkan cahaya matahari dan tidak tersentuh air. Akhirnya mati,” ujarnya kepada suarasurabaya.net.

Kondisi hutan mangrove di kawasan timur Ekowisata Mangrove Wonorejo ini sudah lebih baik dari sebelumnya. Beberapa tahun lalu, bahkan sampah kasur ditemukan di dekat muara.

Sekitar 8 tahun silam, Komunitas Nol Sampah mengajak Paguyuban Petani Tambak Trunojoyo untuk melakukan tidak hanya penanaman mangrove, tapi juga perawatan.

Salah satu caranya, mengajak para petani ini untuk turut membersihkan kawasan sungai, yang menjadi tempat mangrove berhuni, dari sampah plastik.

“Kami beruntung bertemu dengan Pak Ratno dan kawan-kawan petani dan nelayan lain di Paguyuban Truno Djoyo, karena mereka tahu betul tentang kawasan ini dan kami juga banyak belajar dari mereka,” katanya.

Komunitas Nol Sampah, kata Hani, berupaya memperluas edukasi tentang pentingnya menghindarkan lingkungan dari tas kresek, ke berbagai kalangan dan komunitas di Surabaya.

Salah satunya, kepada para mahasiswa. Seperti dua orang relawan dari Universitas Adi Buana yang turut dalam kegiatan mulung tas kresek itu. Juga dari beberapa komunitas lainnya.

“Beberapa kali kami mengajak mereka ikut bersih-bersih kawasan Wonorejo ini. Tapi kami yakinkan mereka, sampai kapanpun kawasan ini tidak akan terbebas dari sampah plastik selama masih ada yang membuangnya ke sungai,” katanya.

Setidaknya, kata Hani, dari kegiatan itu mereka melihat langsung bagaimana kondisi hutan mangrove yang terdampak oleh perbuatan orang-orang di sekitar mereka yang masih saja membuang sampah plastik dan mulai bergerak untuk berubah.(den/ipg)

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs