Jumat, 18 Oktober 2024

Berkat Pendengar SS, Kakek di Papua yang Lama Hidup Sebatang Kara Bisa Terhubung dengan Keluarga

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Kakek Buang (71 tahun) warga Lidahwetan Surabaya saat berada di di Kampung Yamara, Distrik Manen, Kabupaten Keerom Papua. Foto: Julianto via WA SS

Berkat kebaikan pendengar Radio Suara Surabaya (SS), Kakek Buang (71) di Papua yang sudah lama hidup sebatang kara bisa kembali terhubung dengan keluarganya di Lidah Wetan, Lakarsantri Surabaya, Kamis (17/10/2024).

Kisah itu berawal dari Julianto, pendengar SS di Kampung Yamara, Distrik Manen, Kabupaten Keerom Papua, yang selama tiga bulan terakhir melihat seorang kakek tinggal sendirian di sebuah gudang perkebunan dekat tempat tinggalnya.

Kondisi kakek itu sedikit susah untuk diajak berkomunikasi, namun bisa berbahasa Jawa. Seiring waktu, Julianto yang sama-sama bisa berbahasa Jawa mencoba mengulik informasi dari yang bersangkutan.

Hingga akhirnya, diketahui kalau kakek itu ternyata membawa kartu keluarga (KK) yang menunjukan alamat rumahnya di Lidah Wetan RT 2 RW 1 Gang 2, Lakarsantri, Surabaya. Barulah setelah mengetahui kakek itu berasal dari Kota Surabaya, Julianto beserta istri langsung menghubungi Radio Suara Surabaya.

“Jadi awal datang (di Papua) itu, dia bisa dibilang tinggal di kota, (tapi) karena mungkin tidak bisa bayar, dia diusir. Terus tidak tahu bagaimana ceritanya bisa tembus di kampung kita ini, dia numpang di kebun, ada rumah kosong, tak ada lampu dan fasilitas apa-apa,” lapor Julianto, Kamis siang.

Julianto menambahkan, kalau di dalam KK tersebut juga hanya tertulis dua nama, yakni Buang beserta Tri Antar Ria putrinya.

“Dia sudah putus kontak lama dengan keluarganya. Katanya dulu pernah (jadi) korban (lumpur) Lapindo Sidoarjo, tinggal anaknya satu-satunya ini (keluarga yang tersisa). Istrinya juga sudah meninggal,” ucapnya.

Julianto menambahkan, dari pengakuannya, setelah terkena bencana lumpur lapindo tersebut, putrinya menikah dan Kakek Buang memilih merantau dan bekerja ke Timika, Papua. Namun saat sudah masuk masa pensiun dari pekerjaannya di Timika, Kakek Buang kembali merantau ke Jayapura.

Tapi karena Kakek Buang tidak punya tempat untuk menetap, yang bersangkutan kerap diusir dari satu tempat ke tempat lain, hingga sampai ke Kampung Yamara.

“Memang kalau untuk fisik sudah tidak mampu kerja berat, karena kondisinya tidak memungkinkan. Dia hanya (mengandalkan) mungkin belas kasihan, dan bantu-bantu orang. Ya mengandalkan itu saja,” ungkapnya.

Selanjutnya, Suara Surabaya langsung menyebarluaskan informasi dari Julianto baik di udara maupun melalui laman Facebook @e100. Selain itu, Suara Surabaya juga meminta bantuan Command Center Surabaya terkait KK milik Kakek Buang yang difotokan oleh Julianto.

Tak lama berselang, Awang petugas Command Center Surabaya menginformasikan ada titik terang soal keluarga Kakek Buang. Pihak RT 2 Lidah Wetan membenarkan kalau yang bersangkutan memang betul warga setempat. Namun, saat itu, keluarga Kakek Buang sedang tidak ada di rumah.

Sumarno warga Lidah Wetan RT 2 yang mendengar cerita di radio juga mengonfirmasi kalau Kakek Buang merupakan warga setempat yang sudah lama hilang, dan memang dicari-cari oleh anaknya.

Sampai akhirnya, Timbang Juwono saudara ipar Kakek Buang menghubungi Radio Suara Surabaya dan membenarkan rangkaian laporan soal yang bersangkutan. Priyo sapaan akrabnya mengaku ditelfon oleh Sumarno pendengar SS sebelumnya, dikabari soal cerita Kakek Buang.

“Keluarganya itu cari-cari (selama ini). Sudah hampir 10 tahunan lalu lah (mencari). Saya sebagai saudara kaget juga, ternyata masih ada (hidup), akhirnya saya sampaikan ke Ria (anak Kakek Buang), sudah direspon juga sama RW-nya,” ujarnya.

Dia mengatakan, kalau pihak keluarga juga sudah mendapat informasi dan berkoordinasi dengan pihak RW setempat. Sebelum hilang, Kakek Buang merupakan pekerja kuli atau tukang batu.

Tak lama kemudian, Suara Surabaya berhasil mendapatkan nomor Tri Antar Ria putri Kakek Buang. Kepada Radio Suara Surabaya Ria sapaan akrabnya mengaku kalau ayahnya itu memang sudah lost contact dengan keluarga sejak 2012 lalu.

“Terakhir contact tahun 2012-an lalu, pergi dari rumah 2009 kalau ga 2010, dulu pamit kerja mandor di Kalimantan katanya. Setelah itu nomor tidak bisa dihubungi, 2018 sempat telepon lagi tapi pakai nomer beda, selalu pakai nomor beda,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, Julianto yang melaporkan keberadaan Kakek Buang turut diudarakan bersama Ria untuk saling berkomunikasi. Julianto menjelaskan kalau kondisi ayah Ria sehat, bahkan kerap membantu warga berkebun sekuatnya.

Dia berterima kasih karena laporannya dapat diproses cepat, sehingga bisa mempertemukan Kakek Buang dengan keluarganya. Julianto berpesan jika memungkinkan secepatnya dilakukan penjemputan, mengingat Kampung Yamara, Distrik Manen berada di wilayah hutan dan rawan penyakit malaria.

“Kita juga kasihan dengan beliaunya, apalagi beliau kurang respon (kalau komunikasi) dengan kita, jadi kita ngikuti saja apa maunya beliau, kebutuhannya dipenuhi, kita mantau saja,” ucapnya.

Menanggapi hal tersebut, Ria juga mengungkapkan sudah berkoordinasi dengan dinas sosial terkait penjemputan, mengingat kondisi biaya untuk ke Papua sangat besar.

“Saya masih nunggu dinas sosial ya, untuk dibantu pemulangan. Karena kalau dijemput (sendiri oleh keluarga) saya tidak ada dananya. Terima kasih untuk semuanya,” tutup Ria. (bil/ham)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Teriknya Jalan Embong Malang Beserta Kembang Tabebuya

Bunga Tabebuya Bermekaran di Merr

Kebakaran Pabrik Plastik di Kedamean Gresik

Surabaya
Jumat, 18 Oktober 2024
27o
Kurs