Sabtu, 23 November 2024

Tabebuya Mekar di Surabaya, Menambah Keindahan Kota Menyambut Musim Hujan

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan
Suasana Jalan Ir. Soekarno, Surabaya, yang dihiasi oleh bunga tabebuya yang bermekaran, Rabu (9/10/2024). Foto: Kevin Wijaya Mg suarasurabaya.net

Kota Surabaya kembali memancarkan pesonanya dengan mekarnya bunga tabebuya yang berwarna-warni, memberikan tanda alamiah bahwa musim hujan akan segera tiba. Setiap tahunnya, mekarnya bunga ini di musim peralihan menjadi penanda pergantian musim yang dinantikan warga. Kali ini, bunga tabebuya menghiasi jalan-jalan protokol kota, menciptakan suasana yang estetis dan menghadirkan suasana sejuk bagi warga kota.

Bunga tabebuya di Surabaya mekar dua kali dalam setahun, yakni periode April-Mei dan September-Oktober. Saat mekar di bulan Oktober, menandai transisi dari musim kemarau ke musim hujan.

Warna-warni bunga tabebuya di Jalan Ir. Soekarno (MERR) Surabaya, Rabu (9/10/2024). Foto: Kevin Wijaya Mg suarasurabaya.net

Menjelang pertengahan Bulan Oktober 2024 ini, tampak mekarnya bunga tabebuya mencolok di beberapa ruas jalan utama seperti di Jalan Ir. Soekarno (MERR), Jalan Kertajaya, Jalan Mayjen Sungkono, Jalan Praban, dan Jalan Tunjungan, yang kini telah menjadi spot foto populer bagi warga setempat dan wisatawan.

Dedik Irianto Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya waktu dihubungi suarasurabaya.net, Kamis (10/10/2024), menjelaskan bahwa tabebuya telah menjadi ikon Kota Pahlawan.

“Tabebuya di Surabaya terdiri dari empat warna, yaitu putih, merah, pink, dan kuning. Mekarnya bunga ini memang singkat, tetapi menghadirkan pemandangan yang memukau. Bunga-bunga ini berkembang dua kali setahun, setiap peralihan dari kemarau ke musim hujan,” ujar Dedik.

Bunga tabebuya yang mekar di Jalan Ngagel, Surabaya, Rabu (9/10/2024). Foto: Kevin Wijaya Mg suarasurabaya.net

Dedik juga menjelaskan bahwa terdapat sekitar 16.000 pohon tabebuya yang tersebar di seluruh kota. Ada rencana penambahan lagi di jalan-jalan baru seperti Jalan Raya Kedung Baruk sekitar Samator dan Lingkar Luar Barat.

Ditanya tentang perawatan tabebuya, Dedik menjelaskan, perawatan cukup sederhana, namun memerlukan penyiraman air yang lebih banyak. “Tabebuya bukan tipe pohon berbatang keras, sehingga membutuhkan air dalam jumlah yang cukup besar. Meski demikian, keindahannya sangat layak untuk dijaga,” jelasnya.

Bunga tabebuya yang mekar biasanya tidak bertahan lama karena kelopaknya tipis, sehingga DLH menyiapkan petugas kebersihan ekstra untuk menangani guguran daun dan bunga.

Selain mempercantik kota, tabebuya juga menjadi daya tarik wisata. Banyak warga dan wisatawan yang memanfaatkan mekarnya bunga tabebuya untuk berfoto dan menikmati keindahan kota. Upaya pemerintah untuk memperbanyak penanaman tabebuya juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan estetika kota.

“Tabebuya kini telah menjadi bagian dari ciri khas Surabaya, sehingga kami berkomitmen untuk terus menambah jumlahnya,” tambah Dedik.

Pemerintah mengajak masyarakat untuk turut menjaga kebersihan dan merawat lingkungan agar keindahan bunga tabebuya dapat dinikmati oleh semua. “Saat daun dan bunga mulai rontok, petugas kami langsung siap membersihkan. Kita semua bertanggung jawab untuk menjaga keindahan ini,” ujarnya.

“Dengan mekarnya bunga tabebuya di Surabaya menunjukkan bahwa kemajuan kota bisa sejalan dengan upaya pelestarian alam dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.(kev/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs