Minggu, 24 November 2024

UNRWA: Perang Gaza Memicu Krisis Kemanusiaan, Ribuan Warga dan Anak-Anak Terlantar

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Warga sipil Palestina dan tim penyelamat melakukan pencarian terhadap korban setelah Israel menembaki sekolah Mustafa Hafez, yang menjadi tempat penampungan warga Palestina yang kehilangan tempat tinggal di wilayah Er-Rimal, Jalur Gaza (20/8/2024)/ANT. Foto: Anadolu/Antara

Philippe Lazzarini Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) menyatakan bahwa Gaza tengah “terjun bebas ke dalam barbarisme,” menyerukan perlunya diplomasi segera dan penghentian kekerasan.

Dilansir dari Antara pada Selasa (8/10/2024) dini hari, Lazzarini mengungkapkan hal ini melalui platform X dengan menggambarkan Gaza—rumah bagi dua juta orang—sebagai “lautan puing-puing yang tak dikenali” setelah setahun serangan udara tanpa henti.

Lazzarini menyoroti dampak konflik yang menghancurkan, dengan lebih dari 220 anggota staf UNRWA tewas selama konflik—jumlah tertinggi dalam sejarah PBB. Kondisi ini mencerminkan bahaya ekstrem yang dihadapi warga sipil dan pekerja kemanusiaan di Gaza.

Anak-anak menjadi korban paling rentan dalam situasi ini. Lebih dari 650.000 anak-anak terpaksa kehilangan tahun ajaran mereka, mengalami trauma, kelaparan, dan kehilangan orang yang mereka cintai.

Lazzarini juga menyatakan bahwa sekolah dan infrastruktur penting telah hancur, dengan lebih dari dua pertiga bangunan UNRWA terdampak kekerasan, membuat banyak keluarga pengungsi kehilangan tempat perlindungan.

“Alih-alih berada di ruang kelas, anak-anak menyaring reruntuhan dengan rasa putus asa dan ketakutan,” kata Lazzarini. “Setiap anak di Gaza mengalami trauma mendalam, banyak di antaranya akan membawa luka tak terlihat seumur hidup.”

Lazzarini menyerukan gencatan senjata, menekankan bahwa “tidak ada pemenang dalam perang” dan satu-satunya jalan keluar adalah melalui solusi diplomatik dan damai.

Ia menuntut adanya kesepakatan yang menjamin pembebasan sandera secara aman, pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan gencatan senjata untuk memberikan ketenangan bagi penduduk Gaza, Lebanon, Israel, dan wilayah sekitarnya.

“Sudah saatnya senjata diletakkan setelah puluhan tahun pembunuhan dan penderitaan yang luar biasa,” lanjut Lazzarini, menegaskan bahwa biaya kemanusiaan yang tak tertahankan terus meningkat setiap hari.

Israel masih melakukan serangan tanpa henti di Jalur Gaza sejak serangan oleh kelompok Hamas pada Oktober tahun lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.

Sejak konflik dimulai, hampir 42.000 orang—sebagian besar wanita dan anak-anak—telah tewas, sementara lebih dari 97.100 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Serangan Israel yang terus berlanjut juga memaksa hampir seluruh penduduk Gaza mengungsi, memperburuk krisis kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan akibat blokade yang berkepanjangan. Saat ini, Israel menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza. (ant/saf/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Minggu, 24 November 2024
34o
Kurs