Jumat, 22 November 2024

Kenali Penyebab Sindrom Kematian Mendadak dan Gejalanya

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Istimewa

Marissa Haque aktris senior sekaligus dosen dan politikus, telah meninggal dunia di usia 61 tahun, pada Rabu (2/10/2024) kemarin.

Kepergiannya yang mendadak, tanpa riwayat penyakit yang diketahui, menimbulkan dugaan bahwa istri dari Ikang Fawzi penyanyi itu mengalami sindrom kematian mendadak atau “Sudden Death Syndrome” (SDS).

Lalu, apa yang menyebabkan seseorang mengalami SDS?

Melansir Antara, Kamis (3/10/2024), menurut laman Healthline, hingga kini penyebab SDS belum dapat dipastikan. Namun, mutasi gen telah dikaitkan dengan berbagai sindrom di bawah payung SDS, meskipun tidak semua penderita SDS memiliki gen tersebut. Selain itu, ada kemungkinan bahwa gen lain yang berhubungan dengan SDS belum diidentifikasi, dan beberapa penyebab SDS tidak bersifat genetik.

Selain faktor genetik, penggunaan obat-obatan tertentu juga dapat memicu SDS. Misalnya, sindrom QT panjang, yaitu kelainan konduksi listrik jantung yang dapat menyebabkan irama jantung menjadi cepat dan tidak teratur (aritmia). Sindrom QT panjang ini bisa disebabkan oleh penggunaan obat-obatan seperti antihistamin, dekongestan, antibiotik, diuretik, antidepresan, dan antipsikotik.

Selain itu, kondisi medis tertentu seperti penyakit jantung, epilepsi, aritmia, kardiomiopati hipertrofik, dan gangguan bipolar juga dapat meningkatkan risiko SDS. Penggunaan obat lithium, yang sering diberikan untuk pengobatan gangguan bipolar, dapat memicu gangguan irama jantung.

Beberapa orang yang berisiko SDS mungkin tidak menunjukkan gejala hingga mereka mulai mengonsumsi obat tertentu, yang kemudian dapat memicu SDS.

Apa saja gejalanya?

Sayangnya, tanda pertama SDS sering kali berupa kematian mendadak dan tak terduga. Namun, SDS dapat menyebabkan beberapa gejala peringatan, seperti nyeri dada saat berolahraga, kehilangan kesadaran, kesulitan bernapas, pusing, jantung berdebar, atau pingsan yang tidak dapat dijelaskan, terutama saat berolahraga.

Apakah SDS dapat dicegah?

Diagnosis dini adalah langkah penting dalam mencegah episode fatal SDS. Jika ada riwayat SDS dalam keluarga, dokter dapat menentukan apakah pasien memiliki sindrom yang berisiko menyebabkan kematian mendadak. Jika ya, langkah-langkah pencegahan dapat diambil, seperti menghindari obat-obatan pemicu gejala, termasuk antidepresan dan obat penghambat natrium.

Selain itu, menjaga kesehatan jantung melalui pola makan yang seimbang, berolahraga dengan hati-hati, segera mengobati demam, dan melakukan pemeriksaan rutin dengan dokter atau spesialis jantung. Berkonsultasi dengan spesialis kesehatan mental juga disarankan untuk menangani kondisi yang berkaitan dengan SDS. (ant/bil/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs