Selasa, 1 Oktober 2024

Psikolog Imbau Media Massa Tak Besarkan Peristiwa Bunuh Diri

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Riza Wahyuni, psikolog klinis dan forensik Surabaya. Foto: Instagram

Psikolog mengimbau media massa tidak membesar-besarkan peristiwa bunuh diri tapi justru mengedukasi.

Riza Wahyuni, psikolog klinis dan forensik Surabaya mengajak semua orang lebih peduli dengan terdekatnya terlebih yang punya masalah mental.

Komentarnya ini menyoroti peristiwa bunuh diri dua mahasiswa di Surabaya yang dilakukan di kampus masing-masing.

“Dengan waktu berdekatan ini saya tidak berharap terulang di tempat lain. Gen Z sekarang generasi yang cukup brilian, sangat pintar, cerdas, miliki potensi besar. Tapi banyak problematika dihadapi, misal masalah dalam keluarga, hubungan pertemanan, memiliki gaya hidup hedon sehingga terjerat hutang atau yang mengalami kekerasan baik fisik maupun seksual, malu dan tidak mampu menghadapi kenyataan bisa menjadi depresi. tuntutan yang diberikan tidak sesuai dengan ekspektasi, rasa kecewa, tidak mampu, kelelahan berlebihan,” katanya, Selasa (1/10/2024).

Psikolog, Praktisi Perlindungan Perempuan dan Anak Jatim ini juga mengingatkan, peran media massa cukup besar. Seharusnya tidak membesarkan isu bunuh diri, justru memberikan edukasi.

Pengidap masalah gangguan mental seharusnya diarahkan untuk mendapat pertolongan pertama psikologi.

“Kita tidak berharap isu ini dibesar-besarkan. Peran media apakah harian, online dan lainnya berharap bijaksana dalam pemberitaan berkaitan dengan hal ini. Edukasi sangat penting kepada masyarakat bagaimana mereka harus melakukan apa ketika menghadapi hal tidak menyenangkan, harus ke mana mereka pergi, ajak masyarakat untuk melakukan pertolongan pertama psikologi bagi mereka yang bermasalah secara mental,” jelasnya.

Ada 3 hal yang bisa dilakukan masyarakat agar lebih aware terhadap lingkungan sekitar.

Pertama, melihat kebutuhan mereka yang punya masalah, mulai tempat aman, kebutuhan didengar, bercerita, hingga mendapat penanganan medis.

Kedua mendengarkan cerita mereka yang sedang mengalami kondisi tidak nyaman tanpa menghakimi atau menyalahkan. Tanpa merendahkan situasinya, karena mereka dalam situasi sulit.

“Ketika ingin menangis atau marah biarkan mengekspresikan tanpa kita membatasi. Dan jangan paksa mereka bercerita jika mereka sudah menangis tidak ingin bercerita. Ketika ingin bercerita dengarkan tanpa memotong pembicaraannya,” ujarnya.

Terakhir mengarahkan mereka merujuk kepada profesional dalam hal ini psikolog.

“Profesional (psikolog) akan lebih banyak membantu dan akan bekerja sesuai dengan kode etik profesi dan pasti akan dirahasiakan seperti kode etik pengobatan umum,” pungkasnya.

PERINGATAN: Berita ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri.

Jika Anda memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, jangan ragu bercerita, konsultasi, atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa. Terlebih apabila pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri.

Untuk konsultasi, Anda dapat menghubungi nomor hotline Psikolog Klinis Rumah Sakit Jiwa Menur di 081-3472-753-07 via WhatsApp, setiap Senin-Kamis: 08.00-19.00 dan Jumat: 08.00-13.00 WIB. Atau mengakses layanan Love Inside Suicide Awareness (LISA) Kementerian Kesehatan di Call Center 119 atau hotline 08113855472.(lta/iss)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Pabrik Plastik di Kedamean Gresik

Kecelakaan Mobil Box di KM 12 Tol Waru-Gunungsari

Pipa PDAM Bocor, Lalu Lintas di Jalan Wonokromo Macet

Surabaya
Selasa, 1 Oktober 2024
29o
Kurs