Minggu, 29 September 2024

Studi: Depresi pada Ayah Baru Sering Tidak Terdiagnosis

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi ayah menggendong anaknya. Foto: Medical Daily

Depresi tidak hanya dialami oleh ibu baru, tetapi juga dapat terjadi pada ayah. Sayangnya, kondisi ini seringkali sulit terdeteksi, dan banyak ayah yang mengalami depresi tidak mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan.

Sementara perhatian lebih banyak difokuskan pada kesehatan mental ibu, risiko depresi pada ayah juga signifikan.

Penelitian dalam “Scandinavian Journal of Psychology” menunjukkan bahwa lebih banyak ayah baru mengalami depresi dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya, dan banyak di antaranya tidak menerima bantuan.

Studi ini melibatkan hampir 450 ayah Swedia yang memiliki bayi baru lahir hingga usia 18 bulan, dan mereka diminta mengisi survei terkait gejala depresi.

Hasilnya menunjukkan bahwa banyak ayah melaporkan gejala yang biasa dikaitkan dengan depresi, tetapi ada juga kelompok yang menunjukkan gejala yang kurang umum.

Gejala yang muncul pada ayah sering kali berbeda, seperti perilaku agresif atau gejala fisik yang berhubungan dengan kondisi mental mereka.

Penelitian dari Universitas Lund menyoroti bahwa depresi pada ayah dapat berdampak negatif pada bayi mereka. Ayah yang depresi cenderung kurang peka terhadap kebutuhan anak, terutama jika bayi sering menangis.

Hal ini dapat mengakibatkan bayi menerima stimulasi yang lebih sedikit, yang dapat memperlambat perkembangan mereka.

Secara umum, sekitar 10 persen ibu baru mengalami depresi pascapersalinan. Faktor-faktor seperti persalinan yang menyakitkan atau kelahiran prematur dapat meningkatkan risiko ini.

Untuk ayah baru, estimasi menunjukkan angka depresi sekitar 8 persen. Namun, peneliti berpendapat bahwa metode pengujian saat ini mungkin tidak mencakup semua gejala yang umum terjadi pada pria, seperti mudah tersinggung atau toleransi stres yang rendah.

Dari ayah yang melaporkan depresi sedang hingga berat, sekitar 83 persen tidak berbagi perasaan mereka dengan orang lain.

Hal ini karena stigma yang masih ada seputar kesehatan mental, di mana ayah baru sering kali diharapkan untuk merasa bahagia.

Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa pria cenderung enggan mencari bantuan untuk masalah kesehatan mental.

Kesadaran dan dukungan untuk kesehatan mental ayah baru sangat penting, agar mereka tidak merasa terisolasi dan bisa mendapatkan bantuan yang dibutuhkan. (ant/nis/saf/ham)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Pabrik Plastik di Kedamean Gresik

Kecelakaan Mobil Box di KM 12 Tol Waru-Gunungsari

Pipa PDAM Bocor, Lalu Lintas di Jalan Wonokromo Macet

Surabaya
Minggu, 29 September 2024
29o
Kurs