
Rumah bercat serba violet itu berjajar rapi. Empat puluh rumah dengan warna seragam itu tertata rapi berhadapan dengan dipisahkan jalan berpaving. Lingkungan terlihat asri dan bersih. Perumahan Arbain ini akrab disebut Kampung Janda. Secara administratif masuk RT 07 RW 01 Kelurahan Gempeng, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan.
“Disebut Kampung Janda karena penghuninya khusus para janda yang tidak mampu. Bangunan ini milik perorangan yang diwaqafkan untuk membantu kaum janda dan anak yatim,” ujar Mokh. Ikhwan Lurah Gempeng ditemui suarasurabaya.net di kantornya, Jumat (6/7/2018).
Ikhwan mengatakan, kebetulan Dina Rohana istri Abdullah alias Anwardi (50) pelaku peledakan di Pogar, pernah tinggal di Kampung Janda itu. Sehari pascaperistiwa ledakan, Lurah dan pengurus RT Kampung Janda sibuk menggelar pertemuan dengan aparat setempat untuk koordinasi kamtibmas.
“Seharian ini sibuk pertemuan, kami terkejut ada salah seorang mantan warga kampung terseret masalah karena ulah suaminya,” kata Ikhwan.
Ikhwan membeberkan, bahwa Dina memang besar di lingkungan Kampung Janda. Karena ibunya merupakan salah seorang janda yang tinggal di kampung itu. Setelah Dina dewasa, kemudian menikah dengan seorang pria asal Surabaya dan keluar dari kampung itu. “Karena secara aturan, anak yang sudah dewasa dan memiliki suami tidak boleh lagi tinggal di Kampung Janda,” kata Ikhwan.
Menurut Ikhwan, setelah memiliki seorang anak dari pernikahannya dengan pria asal Surabaya, Dina berpisah dengan suaminya (bercerai, red). Lalu, Dina kembali lagi ke Kampung Janda sekitar tahun 2014. Karena statusnya janda, maka pengurus perumahan memblehkan Dina tinggal bersama ibunya lagi.
Pernyataan ini dikuatkan oleh Suprihatin Sekretaris RT 07 Gempeng. Menurutnya, Dina sempat kembali tinggal di Kampung Janda sebelum akhirnya pergi lagi karena menikah siri dengan Abdullah alias Anwardi (50).
“Seingat saya tahun 2015 kemudian Mbak Dina menikah lagi dan dibawa suaminya. Kami semua tidak tahu proses pernikahannya, pokoknya sudah menikah lagi dan keluar dari kampung janda,” ujar Suprihatin.
Menurut Suprihatin, Dina sempat juga diajak suaminya (Abdullah) tinggal di Jakarta. Lalu, pada saat hamil tua sempat kembali ke orang tuanya di Kampung Janda sampai melahirkan anak dari buah cintanya dengan Abdullah. Setelah anaknya agak besar, Dina mengikuti suaminya dan terakhir diajak mengontrak di Jl. Pepaya Kelurahan Pogar.
“Saya pernah lihat suaminya yang terakhir ini, tapi orangnya pendiam sepertinya. Suaminya itu sering terlihat joging saat mengatnarkan belanjaan ke rumah mertuanya. Setelah itu, mereka tinggal bersama mengontrak di Pogar,” katanya.
Suprihatin juga tidak mengetahui asal-usul Abdullah dan pekerjaannya. Dari pengamatan Suprihatin, Dina lah yang selama ini tampak sibuk mencari nafkah dengan berjualan baju melalui online. “Mbak Dina rajin berjualan baju, kalau suaminya rajin joging,” katanya.
Baik Ikhwan maupun Suprihatin tidak menyangka, Dina dan anaknya harus menanggung masalah karena ulah suaminya saat ini. Peristiwa ledakan di kontrakan Pogar pada Kamis (5/7/2018) cukup mengejutkan bagi orang yang pernah dekat dengan Dina. Ibunya Dina, kata Suprihatin, juga tampak syok mendengar kabar itu. Dia sempat menangis ke pengurus RT Kampung Janda.
“Kami semua tidak menyangka ada kejadian ini. Kami juga sedikit repot terkena imbasnya,” katanya.
Smentara itu, Ikhwan Lurah Gempeng menerima kejadian ini sebagai bahan evaluasi. Sebagai aparat pemerintah, dia banyak melakukan pertemuan dan sosialisasi kepada warga untuk peduli melaporkan kehadiran orang asing.
Khusus di Kampung Janda, Lurah Gempeng mengimbau agar semua pencatatan administrasi warga dipenuhi. Dia mengimbau apabila ada yang menikah siri, sebaiknya segera dilaporkan untuk didata.
“Itulah kenapa Dina masih tercatat sebagai warga Gempeng karena KK masih ikut ibunya. Sementara suami dan anaknya belum bisa masuk KK, karena nikahnya tidak dicatatkan alis nikah siri. Sekarang kami bisa saja menerbitkan KK tapi tanpa bapak, KK dengan kepala keluarga Ibu Dina,” katanya.
Suprihatin juga demikian, akan menerapkan aturan baru di Kampung Janda agar lebih tertib dan mudah pengawasannya. Pengurus RT Kampung Janda tak segan meminta saran kepada aparat Kelurahan terkait pendataan dan peraturan tinggal.
“Ini jadi evaluasi kami bersama, sebenarnya kampung kami adem ayem saja selama ini,” katanya. (bid/iss)