Jumat, 22 November 2024

The Luntas Indonesia Berharap Ludruk Bisa Menjangkau Lebih Banyak Gen-Z

Laporan oleh Akira Tandika Paramitaningtyas
Bagikan
Penampilan The Luntas Indonesia di Suara Surabaya Centre di acara malam puncak, setelah keliling 10 kampung di Surabaya dan Sidoarjo, Jumat (27/9/2024). Foto: Arvin Fayruz Mg suarasurabaya.net

Tak hanya bermain ludruk, The Luntas Indonesia sebisa mungkin mengajak anak-anak muda alias Gen-Z untuk ikut tampil sekaligus melestarikan kesenian budaya itu.

Paramita Indra Zakaria Founder The Luntas Indonesia mengatakan, anak-anak muda yang tidak peduli tentang budaya sendiri, khususnya ludruk, karena mereka belum mengenal lebih dalam.

“Tak kenal, maka tak sayang,” katanya, saat ditemui suarasurabaya.net, di sela-sela malam puncak Ludruk Merdeka yang membawakan cerita “Hoedjoeng Galoeh” tentang asal usul nama Surabaya, di Suara Surabaya Center, Jumat (27/9/2024) malam.

Padahal, lanjut Mita, ketika datang ke sekolah dan kampus, banyak anak-anak yang menunjukkan antusias mereka. Ada yang penasaran tapi diam, ada juga yang penasaran dan langsung bertanya-tanya.

Penampilan The Luntas Indonesia di acara malam puncak Ludruk Merdeka “Hoedjoeng Galoeh”, setelah keliling 10 kampung di Surabaha dan Sidoarjo, Jumat (27/9/2024). Foto: Arvin Mg suarasurabaya.net

Mita mengatakan, anak-anak ini tidak menyangka kalau ada pertunjukkan seperti drama, tapi juga dibumbui dengan komedi.

“Sebenarnya antusiasme anak muda ini masih tinggi, cuma mereka nggak tahu aja. Ketika mereka tahu, anggap saja dari 10 orang nyantol tiga, itu sudah luar biasa sih buat kami. Makanya, kami punya program-program pengenalan seperti, goes to school, goes to campus, dan lain-lain,” ungkapnya.

The Luntas Indonesia, kata Mita, juga melakukan beberapa penyesuaian agar bisa menarik minat anak-anak muda. Salah satunya yakni, menggunakan kostum yang eyecatching.

“Seperti pakai merah oranye, hijau, pokoknya yang eye-catching. Selain kostum, kami juga membawakan cerita yang guyonannya bisa diterima anak muda,” jelas Mita.

Mita berharap, ke depannya lebih banyak lagi masyarakat yang antusias dalam menyambut aksi ludruk ini.

“Karena kalau dari pemerintah, kami sudah mendapat dukungan, dengan diberikan ruang. Akan lebih afdol lagi, kalau masyarakat juga bisa hadir untuk menyaksikan ludruk, sebagai salah satu cara melestarikan budaya,” tandasnya.

Bintang dan Fabian, dua penyiar Radio Suara Surabaya berperan sebagai Raden Wijaya dan Ronggolawe dalam kisah Pelabuhan Ujung Galuh, yang dipentaskan The Luntas Indonesia di SSC, Jumat (27/9/2024). Foto: Arvin Mg suarasurabaya.net

Sebagai informasi, The Luntas Indonesia menggelar malam puncak Ludruk Merdeka di Suara Surabaya Center, Jumat (27/9/2024).

Malam puncak ini digelar setelah The Luntas Indonesia berkeliling di 10 kampung di Surabaya dan Sidoarjo sejak 17 Agustus 2024. Pada malam puncak Ludruk Merdeka ini, mereka membawakan cerita “Hoedjoeng Galoeh” tentang asal usul nama Surabaya.

Selain memainkan peran, The Luntas Indonesia turut mengundang kembali perwakilan 10 kampung tempat mereka pentas sebagai bentuk ucapan selamat tinggal sekaligus terima kasih. (kir/bil/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs