Tak hanya bermain ludruk, The Luntas Indonesia sebisa mungkin mengajak anak-anak muda alias Gen-Z untuk ikut tampil sekaligus melestarikan kesenian budaya itu.
Paramita Indra Zakaria Founder The Luntas Indonesia mengatakan, anak-anak muda yang tidak peduli tentang budaya sendiri, khususnya ludruk, karena mereka belum mengenal lebih dalam.
“Tak kenal, maka tak sayang,” katanya, saat ditemui suarasurabaya.net, di sela-sela malam puncak Ludruk Merdeka yang membawakan cerita “Hoedjoeng Galoeh” tentang asal usul nama Surabaya, di Suara Surabaya Center, Jumat (27/9/2024) malam.
Padahal, lanjut Mita, ketika datang ke sekolah dan kampus, banyak anak-anak yang menunjukkan antusias mereka. Ada yang penasaran tapi diam, ada juga yang penasaran dan langsung bertanya-tanya.
Mita mengatakan, anak-anak ini tidak menyangka kalau ada pertunjukkan seperti drama, tapi juga dibumbui dengan komedi.
“Sebenarnya antusiasme anak muda ini masih tinggi, cuma mereka nggak tahu aja. Ketika mereka tahu, anggap saja dari 10 orang nyantol tiga, itu sudah luar biasa sih buat kami. Makanya, kami punya program-program pengenalan seperti, goes to school, goes to campus, dan lain-lain,” ungkapnya.
The Luntas Indonesia, kata Mita, juga melakukan beberapa penyesuaian agar bisa menarik minat anak-anak muda. Salah satunya yakni, menggunakan kostum yang eyecatching.
“Seperti pakai merah oranye, hijau, pokoknya yang eye-catching. Selain kostum, kami juga membawakan cerita yang guyonannya bisa diterima anak muda,” jelas Mita.
Mita berharap, ke depannya lebih banyak lagi masyarakat yang antusias dalam menyambut aksi ludruk ini.
“Karena kalau dari pemerintah, kami sudah mendapat dukungan, dengan diberikan ruang. Akan lebih afdol lagi, kalau masyarakat juga bisa hadir untuk menyaksikan ludruk, sebagai salah satu cara melestarikan budaya,” tandasnya.
Sebagai informasi, The Luntas Indonesia menggelar malam puncak Ludruk Merdeka di Suara Surabaya Center, Jumat (27/9/2024).
Malam puncak ini digelar setelah The Luntas Indonesia berkeliling di 10 kampung di Surabaya dan Sidoarjo sejak 17 Agustus 2024. Pada malam puncak Ludruk Merdeka ini, mereka membawakan cerita “Hoedjoeng Galoeh” tentang asal usul nama Surabaya.
Selain memainkan peran, The Luntas Indonesia turut mengundang kembali perwakilan 10 kampung tempat mereka pentas sebagai bentuk ucapan selamat tinggal sekaligus terima kasih. (kir/bil/iss)