Jumat, 22 November 2024

Rawat Inap Penyakit Jantung Meningkatkan Risiko Gangguan Kesehatan Mental

Laporan oleh M. Hamim Arifin
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Istimewa

Studi yang diterbitkan dalam Jurnal American Heart Association menemukan hubungan yang mengejutkan antara rawat inap akibat kondisi kardiovaskular dan kesehatan mental di tahun-tahun mendatang.

Orang yang dirawat di rumah sakit karena penyakit jantung, stroke, atau kondisi kardiovaskular lainnya menghadapi risiko 83% lebih tinggi untuk didiagnosis dengan gangguan kejiwaan seperti kecemasan dan depresi dalam setahun setelah mereka dirawat di rumah sakit.

Risiko tersebut berlanjut hingga delapan tahun setelah dirawat di rumah sakit, dengan kemungkinan 24% lebih besar untuk didiagnosis gangguan kejiwaan.

Penelitian tersebut menemukan bahwa orang-orang ini memiliki resiko lebih besar untuk mencoba menyakiti diri sendiri dan melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki penyakit kardiovaskular.

Bagi mereka yang dirawat di rumah sakit karena stroke atau bentuk penyakit serebrovaskular lainnya, resiko mengalami gangguan kejiwaan dan percobaan bunuh diri meningkat lebih dari tiga kali lipat dalam satu tahun setelah dirawat di rumah sakit dan risiko meningkat 49% setelahnya.

“Sangat penting untuk memperhatikan kesehatan fisik dan mental setelah diagnosis stroke atau penyakit jantung. Jika Anda atau orang yang Anda kasihi dirawat di rumah sakit karena penyakit jantung, ketahuilah bahwa masalah kesehatan mental dapat muncul selama pemulihan,” kata Dr. Huan Song penulis studi senior, yang dikutip dari Medical Daily, Jumat (27/9/2024).

“Penting untuk memantau tanda-tanda kecemasan, depresi, atau pikiran bunuh diri. Tantangan kesehatan mental ini umum terjadi dan dapat diobati,” kata Song.

Temuan tersebut dibuat berdasarkan data skala besar dari UK Biobank yang melibatkan sekitar 500.000 orang dewasa. Dengan menggunakan catatan kesehatan, tim peneliti menganalisis frekuensi munculnya kecemasan, depresi, gangguan terkait stres, penyalahgunaan zat, gangguan psikotik, atau perilaku bunuh diri pada individu yang dirawat di rumah sakit karena penyakit kardiovaskular.

Kemudian, data tersebut dibandingkan dengan data dari individu dengan usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan serius lainnya yang serupa.

Para peneliti mencatat bahwa hubungan antara penyakit kardiovaskular dan masalah kesehatan mental tidak dimodifikasi secara signifikan oleh kerentanan genetik yang berbeda terhadap kondisi kejiwaan.

“Sangat penting bagi pasien, anggota keluarga, orang terkasih, atau pengasuh untuk berbagi perubahan apa pun yang mungkin menandakan depresi, kecemasan, atau potensi perilaku bunuh diri dengan tim perawatan kesehatan. Kesehatan mental, kesehatan biologis, kesehatan fisiologis, dan kesehatan fisik saling terkait erat,” kata Dr. Mariell Jessup, kepala sains dan pejabat medis American Heart Association. (nis/ham/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
35o
Kurs