Jumat, 22 November 2024

Pria dengan ADHD Meningkatkan Risiko Depresi untuk Pasangannya

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi pria yang mengalami depresi, sedang duduk di pinggir tempat tidurnya. Foto: Antara

Gangguan defisit perhatian atau hiperaktivitas (ADHD) adalah salah satu gangguan mental yang paling umum pada anak-anak dan remaja, tetapi dampaknya sering tidak diakui pada orang dewasa.

Dikutip dari Medical Daily melalui Antara pada Rabu (25/9/2024), sebuah studi baru menyoroti dampak ADHD dewasa pada kesehatan mental pasangan, mengungkapkan bahwa kondisi ini meningkatkan risiko depresi pada wanita dan berdampak negatif pada kualitas hidup mereka.

Studi yang dipublikasikan dalam “Journal of Attention Disorders” menunjukkan bahwa sekitar 59 persen wanita dengan pasangan yang memiliki ADHD mengalami depresi, dengan gejala yang bervariasi dari ringan hingga berat.

Para peneliti mencatat bahwa ini sebanding dengan tingkat depresi yang terlihat pada pengasuh individu dengan kondisi seperti autisme, gangguan irama jantung, penyakit Alzheimer, dan gagal ginjal.

“Temuan kami menekankan pentingnya memandang ADHD sebagai kondisi yang berdampak tidak hanya pada individu tetapi juga pada hubungan dekat mereka. Dengan memperhatikan kesejahteraan pasangan, kami dapat mengambil pendekatan yang lebih holistik dalam pengobatan, memberikan alat yang dibutuhkan baik individu maupun pasangan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka,” tulis para peneliti.

Studi ini melibatkan survei kuesioner yang dilakukan di antara 100 pasangan heteroseksual Israel di mana pasangan pria telah didiagnosis dengan ADHD.

Rata-rata, pasangan telah bersama selama sekitar sembilan tahun, dengan 65 pasangan menikah dan 35 tinggal bersama. Para peserta menyelesaikan kuesioner yang menilai gejala ADHD pria, sementara mereka sendiri disaring untuk depresi, kualitas hidup, dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Temuan menunjukkan hubungan yang jelas: semakin parah gejala ADHD pria, semakin besar kemungkinan pasangannya mengalami gejala depresi dan melaporkan kualitas hidup yang lebih rendah. Menariknya, wanita melaporkan kualitas hidup yang lebih baik ketika pasangan mereka secara konsisten mengonsumsi obat ADHD.

“Temuan ini mungkin menunjukkan bahwa pengobatan farmakologis juga dapat memiliki efek menguntungkan bagi pasangan selain individu dengan ADHD,” ungkap para peneliti.

Para peneliti juga menyarankan bahwa wanita dapat mengelola beberapa efek negatif dari ADHD pasangan dengan memprioritaskan perawatan diri.

Studi menunjukkan bahwa wanita yang fokus pada kesejahteraan mereka sendiri, melalui berolahraga, menghabiskan waktu dengan teman, dan mengambil waktu pribadi, memiliki peluang lebih kecil untuk mengalami depresi dan melaporkan kualitas hidup yang lebih baik, meskipun pasangan mereka mengalami ADHD.

Meskipun temuan menunjukkan risiko yang lebih tinggi untuk gejala depresi pada wanita yang pasangan mereka memiliki ADHD, studi ini tidak menetapkan hubungan sebab-akibat antara keduanya.

“Penelitian longitudinal lebih lanjut diperlukan untuk memeriksa arah asosiasi ini dan mengembangkan intervensi yang ditargetkan untuk mendukung baik individu dengan ADHD maupun pasangan mereka,” tulis para peneliti. (ant/nis/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs