Satuan Korps Kepolisian Perairan dan Udara (Polairud) mengklarifikasi kesalahpahaman yang dilaporkan pendengar Radio Suara Surabaya, yang pada Selasa (17/9/2024) kemarin, dimintai foto KTP dan Kartu Keluarga (KK) oleh dua anggota terkait penemuan jenazah di perairan Tanjung Perak.
Kesalahpahaman itu berawal dari Adi Suprayitno yang pada Selasa kemarin, lapor kepada Radio Suara Surabaya bahwa rumahnya di Green Semanggi Mangrove, Rungkut Surabaya, didatangi oleh dua orang yang mengaku dari Satuan Korps Kepolisian Perairan dan Udara (Polairud).
Dia menceritakan berdasarkan keterangan ketua RT tempatnya tinggal, kedatangan dua anggota itu untuk mengklarifikasi identitas jenazah yang ditemukan dalam kondisi membusuk di perairan Tanjung Perak beberapa waktu lalu.
“Karena saya nggak ada, saya kerja istri saya juga nggak ada (di rumah), akhirnya sama security diarahkan ke RT Polairud ini. Di sana mereka menceritakan bahwa telah ditemukan jenazah di perairan Tanjung Perak. Karena jenazahnya membusuk dan sidik jarinya mulai rusak, ketika discan itu muncul atas nama Adi Suprayitno, sesuai nama saya,” ujarnya waktu mengudara di Radio Suara Surabaya Selasa sore.
Setelahnya, pihak RT memberikan nomor Adi kepada kedua anggota tersebut untuk mengonfirmasi dirinya bukan sosok jenazah yang ditemukan di perairan Perak tersebut.
“Nelfon saya, dia menceritakan kronologi seperti itu tadi. Terus akhirnya dia minta untuk selfie sebagai laporan ke pimpinannya untuk membuktikan bahwa atas nama Adi Suprayitno yang dia kunjungi hari ini itu bukanlah korban (jenazah) yang ditemukan, karena orangnya masih ada,” ungkapnya.
Adi mengatakan, anggota yang menghubunginya itu kemudian meminta dirinya untuk melakukan selfie lewat panggilan video call untuk dilakukan screenshoot dan dilaporkan ke pimpinan. Permintaan itu diiyakan oleh Adi.
“(Tapi) setelah video call dan screenshot, orangnya kok minta KK (kartu keluarga) sama KTP, nah dari situlah saya langsung mencurigai bahwa ini mungkin modus penipuan baru mungkin ya, langsung saya tolak,” ujarnya.
Dia menjelaskan, kecurigaan itu karena takut data pribadinya tidak aman. Apalagi dalam rekaman CCTV rumahnya, kedua orang tersebut tidak memakai seragam kepolisian. Selain itu, dia takut jika data pribadinya bakal digunakan untuk hal-hal yang tak diinginkan seperti pinjaman online (pinjol) maupun transaksi gelap lainnya.
“Tidak saya berikan. Cuma saya ingin memastikan saya lapor SS ini kan pasti terekam ya, suatu saat jika terjadi sesuatu kepada saya, polisi bisa cek,” ungkapnya.
Sementara pada keesokannya, Rabu (18/9/2024) hari ini, Iptu Guntur Komandan Kapal Brantas Ditpolair Polda Jatim membenarkan kalau dua orang yang mendatangi kediaman Adi Suprayitno itu merupakan anggota Polairud dari Polres Bangkalan, yang salah satunya bernama Eko.
Iptu Guntur menjelaskan, kedua anggota tersebut sebetulnya sudah dilengkapi surat tugas dan surat penyelidikan. “Cuma mungkin cara penyampaiannya kurang jelas, dan pak Adi itu mungkin takut duluan,” ungkapnya kepada Radio Suara Surabaya.
Sama halnya soal permintaan melakukan selfie, Iptu Guntur menjelaskan bahwa hal tersebut semata untuk dilaporkan kepada pimpinan bahwa jenazah yang ditemukan itu memang bukan yang bersangkutan.
“Kembali lagi tentang komunikasi, mungkin kurang jelas, nah dikiranya modus. Padahal itu untuk memastikan bahwa yang meninggal itu bukan Pak Adi,” bebernya.
Karenanya, Guntur mengatakan kalau kejadian tersebut semata karena adanya miss komunikasi antara kepolisian dengan masyarakat, dalam penyampaian informasi. Hal tersebut bakal jadi evaluasi kedepan.
“Mungkin kurang komunikasi aja, makanya mulai sekarang untuk evaluasi, nanti saya sampaikan juga ke pimpinan di Satpolair Bangkalan, akan saya jelaskan,” ujarnya.
“Tapi kami bersyukur yang bersangkutan (Adi Suuprayitno) sehat walafiat, kami akan melanjutkan penyelidikan siapa Mr. X (jenazah) ini,” pungkasnya. (bil/ipg)