Tri Rismaharini Bakal Calon Gubernur Jawa Timur (Bacagub Jatim) mengungkap sejumlah permasalahan sosial yang dirasakan masyarakat di berbagai wilayah Indonesia.
Saat sebagai Menteri Sosial, Risma memiliki tugas untuk memberikan solusi atas berbagai permasalahan tersebut, agar masyarakat Indonesia lebih sejahtera.
Hal itu diceritakan Risma waktu menghadiri Rapat Kerja Cabang Khusus (Rakercabsus) dan Sosialisasi Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim DPC PDIP Kabupaten Situbondo di Gedung Serba Guna Pasir Putih, Kamis (12/9/2024).
Dalam pertemuan itu, Risma menyebut bahwa masalah sosial di negeri ini akan bisa diatasi asalkan mau berusaha.
“Di titik ini, saya sudah muter dari Aceh sampai Papua, yakinlah bahwa Tuhan itu Maha Adil,” ucapnya.
Risma lalu mengutarakan pengalamannya waktu mencari solusi atas krisis air bersih di Kabupaten Asmat, Papua Selatan. Waktu itu, salah satu upaya yang dilakukan adalah menggunakan teknologi pengolahan air laut menjadi air bersih.
“Saat ini, instalasi pengolahan air mini telah didirikan di beberapa distrik di Asmat,” ungkapnya.
Tidak hanya memperhatikan kebutuhan air bersih saja, Risma menyebut tim kementeriannya juga mendirikan puluhan peternakan ayam.
Upaya ini, lanjut Risma, guna mendorong penguatan ekonomi masyarakat dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Program ini khusus untuk memberikan protein bagi warga Asmat.
“Dengan peternakan telur itu, kebutuhan protein warga Asmat dapat terpenuhi. Mereka bisa lebih mandiri dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan,” tuturnya.
Kader PDI Perjuangan itu juga kembali menceritakan pengalamannya waktu menjadi Wali Kota Surabaya periode 2010-2020.
Waktu itu, Risma sedang berupaya menutup lokalisasi terbesar di Asia Tenggara yang disebut Dolly di Kota Surabaya pada tahun 2014. Saat itu banyak orang tidak percaya jika lokalisasi itu bisa ditutup.
Namun dengan kesungguhan dan keberanian, Dolly akhirnya ditutup. Akan tetapi, sebelum lokalisasi terbesar di Asia Tenggara itu ditutup, Pemkot Surabaya lebih dulu memberikan bekal ketrampilan kepada belasan ribu pekerja seks komersial (PSK) melalui berbagai pelatihan.
Pelatihan itu mulai dari pelatihan di bidang kuliner, handicraft, membatik, sablon, dan lainnya. Hal itu supaya para penyintas bisa mandiri secara ekonomi dan mendapat pemasukan dari pekerjaan yang lebih sehat.
Hasil kerajinan tangan di Kampung Dolly itu kemudian dibantu pemasarannya oleh Pemerintah Kota Surabaya beserta legalitas dan perizinannya.
“Sekarang, sudah banyak produk yang dihasilkan dari Kampung Dolly, bahkan sudah yang dipasarkan di luar negeri. Jadi, sekali lagi, tidak ada yang tidak mungkin asal kita mau berusaha,” ucap Risma. (wld/bil/ipg)