Jumat, 22 November 2024

Siswa SMA di Siwalankerto Dikeroyok Kakak Kelas Sampai Gegar Otak karena Candaan Logo Silat

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Yuliana Hutabarat ibu korban waktu ditemui di rumahnya dan menunjukkan foto anaknya usai dikeroyok oleh kakak kelasnya SMA, Kamis (12/9/2024). Foto: Wildan Pratama suarasurabaya.net

ALF (17) siswa kelas 11 Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta di Siwalankerto, Surabaya dikeroyok oleh kakak kelasnya karena salah paham candaan logo perguruan pencak silat.

Akibat pengeroyokan itu, ALF mengalami gegar otak ringan dan luka di sebagian wajah seperti bibir, mata, serta pelipis. Bahkan korban masih mengalami trauma akibat kejadian itu.

Yuliana Hutabarat ibu korban menuturukan, peristiwa pengeroyokan karena kesalah pahaman itu dipicu saat anaknya membalas candaan teman kelasnya, soal logo perguruan silat.

“Awalnya dari teman sekelas candaan dengan anak saya, terus anak saya balas dengan candaan juga nah itu jadi permasalahan. Canda, baju logonya (perguruan silat) difoto sama anak saya, dikirim ke temannya. Mungkin temannya mengirim ke kakak kelas,” ujar Yuliana ditemui di kediamannya kawasan Siwalankerto, Kamis (12/9/2024).

Untuk diketahui, korban merupakan anggota perguruan silat yang berbeda dengan perguruan para pelaku pengeroyokan.

Sesudah kejadian itu, pada Kamis (5/9/2024) di sore hari. Korban yang tidak masuk sekolah karena sakit diare dijemput oleh salah satu temannya untuk diajak mengambil paket cash on delivery (COD) knalpot.

Yuliana menyebut, anaknya sudah menolak ajakan teman sekelasnya itu. Namun, korban tetap dipaksa hingga akhirnya mereka berangkat.

Namun bukannya COD paket knalpot, korban justru digiring ke rumah kakak kelasnya di daerah Jalan Siwalankerto Permai atau dekat dengan SMPN 57 Surabaya.

Di rumah tersebut, sudah ada segerombolan orang yang menunggu kedatangan korban di depan teras rumah untuk klarifikasi atas foto yang dikirim oleh korban, ke teman satu kelasnya itu.

Kata Yuliana, anaknya sudah meminta maaf dan berusaha menjelaskan kalau tujuannya hanya membalas candaan dari teman sekelasnya. Tapi di teras rumah itulah, korban kemudian dikeroyok oleh sejumlah kakak kelasnya.

“Disuruh masuk ditutuplah pagar, ditanyai (anak saya jawab) aku minta maaf tapi tetep dipukul. Kan canda tapi tetep dipukul, ya sudah aku (korban) babak belur terus dijambak oleh kakaknya (pelaku),” ujarnya menirukan perkataan anaknya.

Tidak berhenti sampai di situ, korban yang sudah dalam keadaan babak belur kemudian dipaksa naik motor dan diajak ke salah satu kampus swasta kawasan Jalan Brigjen Katamso, Kecamatan Waru, Sidoarjo yang tidak jauh dari TKP.

Di kampus itu, korban divideo oleh para pelaku dan disuruh tanda tangan surat pernyataan tidak mengulangi perbuatan dengan memberi cap darah yang keluar dari wajahnya.

“Setelah sampai (di kampus itu) disuruh tanda tangan, terus aku divideo, kan aku jatuh terus ditonjok, wajahku dipukul, ditendang lagi, ditonjok lagi,” kata Yuliana kembali menirukan ucapan korban.

Yuliana menyebut, anak sampai mengalami trauma akibat kejadian ini karena dikeroyok oleh lima orang seniornya. Korban juga belum bisa masuk sekolah karena sakit dan trauma selama satu minggu sesudah kejadian.

“Diagnosa dokter itu pembengkakan pada otak, saya tanya, istilahnya itu gegar otak ringan,” ungkapnya.

Sementara itu Kompol M. Soleh Kapolsek Wonocolo menyatakan, kasus ini sudah ditangani oleh penyidik. Sebanyak tiga orang sudah ditetapkan tersangka dengan status sebagai Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH).

“Untuk proses sidik masih terus berjalan. Hari ini kami sudah koordinasi dengan bapas karena pelakunya masih anak-anak. Insyaallah minggu ini berkas sudah selesai dan kita serahkan ke Kejaksaan,” jelas Soleh. (wld/bil)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs