Jumat, 22 November 2024

Studi: Tidur Lebih Lama pada Akhir Pekan Bisa Kurangi Risiko Penyakit Jantung

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi - Seseorang yang sedang tidur Ilustrasi - Seseorang yang sedang tidur. Foto: Pexels

Semua orang tahu bahwa mendapatkan setidaknya tujuh jam tidur per malam sangat penting untuk gaya hidup sehat. Rekomendasi ini juga didukung oleh American Academy of Sleep Medicine.

Namun, banyak yang kesulitan menjaga kebiasaan tidur sehat ini karena gaya hidup yang sibuk dan kebiasaan tidak teratur.

Bagi mereka yang kerap mengalami kurang tidur selama hari kerja, ada kabar baik: mengejar tidur yang hilang pada akhir pekan bisa bermanfaat.

Dilansir dari Antara pada Minggu (8/9/2024), sebuah studi yang dipresentasikan pada pertemuan terbaru European Society of Cardiology (ESC) menunjukkan, tidur lebih lama pada akhir pekan dapat mengurangi risiko penyakit jantung hingga 20 persen.

Studi ini dipresentasikan oleh Yanjun Song dari Pusat Penyakit Kardiovaskular Nasional Tiongkok. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidur kompensasi yang cukup di akhir pekan terkait dengan risiko lebih rendah terkena penyakit jantung, terutama di antara mereka yang sering kurang tidur selama hari kerja.

Penelitian ini melibatkan 91 ribu peserta yang dibagi ke dalam empat kelompok berdasarkan durasi tidur malam mereka. Para peneliti kemudian menghitung risiko penyakit jantung masing-masing peserta dan melakukan tindak lanjut selama 14 tahun setelah penilaian awal.

Tindak lanjut ini mencakup pemeriksaan catatan rumah sakit dan penyebab kematian terkait penyakit arteri koroner, gagal jantung, gangguan ritme jantung, dan stroke.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta yang tidur lebih lama di akhir pekan memiliki kemungkinan 19 persen lebih rendah untuk mengalami penyakit jantung.

Bahkan, mereka yang mengalami kekurangan tidur selama hari kerja dan mengejar tidur di akhir pekan memiliki risiko 20 persen lebih rendah.

Namun, penulis studi ini juga mencatat beberapa keterbatasan penelitian. Sekitar 75 persen peserta tidak melaporkan tidur kurang dari tujuh jam selama seminggu, dan data bergantung pada laporan pribadi tentang kebiasaan tidur yang mungkin tidak akurat.

Selain itu, perawatan medis yang mungkin diterima peserta selama 14 tahun antara evaluasi juga tidak diperhitungkan, yang menambah keterbatasan studi ini. (ant/saf/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs