Jumat, 20 September 2024

SMANISDA Borong Tiga Emas di Kompetisi Sains Global, Ciptakan Solusi Lingkungan dan Kesehatan

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Eko Redjo Sunariyanto Kepala SMA Negeri 1 Sidoarjo (SMANISDA) bersama para siswa-siswi peraih medali emas dalam Global Competition For Life Sciences (Glocolis) di Kantor SMANISDA Sidoarjo, Selasa (3/9/2024). Foto: Risky suarasurabaya.net

SMA Negeri 1 Sidoarjo (SMANISDA) berhasil menyabet 3 medali emas dalam Global Competition For Life Sciences (Glocolis) yang diadakan pada 28 Juli hingga 3 September 2024.

Medali emas itu didapat, setelah tiga karya ilmiah kelompok siswa SMANISDA unggul atas kontestan lain dari berbagai sekolah, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Karya tersebut yakni, yogurt bubuk untuk mengatasi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dari ekstrak rumput laut, kemudian pemanfaatan serat kenaf sebagai filter nikotin yang mudah terurai pada rokok. Serta, mesin yang mampu memproses urine dan feces menjadi lebih aman saat dibuang ke lingkungan.

Eko Redjo Sunariyanto Kepala SMANISDA mengaku sangat bangga dengan para siswa-siswi yang berhasil mempersembahkan emas di tingkat global.

“Artinya, menurut kami, pendampingan yang dilakukan oleh bapak ibu guru itu tepat sasaran, kemudian juga efektif. Setidaknya, ini menjadi penyemangat bagi yang jadi juara. Juga menjadi penyemangat bagi siswa-siswa yang lain,” katanya kepada suarasurabaya.net pada Selasa (3/9/2024).

Ia mengatakan, sekolah selalu memberikan pendampingan kepada siswa-siswi untuk terus berkarya. Begitu juga ketika ada lomba, pihaknya selalu mendorong anak didiknya untuk ikut dan berkompetisi.

“Jadi, kegiatan belajar mengajar (kbm) sehari-hari itu sudah menanamkan nilai kritis anak-anak terhadap lingkungan. Ditambah lagi ada yang namanya kurikulum merdeka, itu project penguatan profil belajar Pancasila,” ungkapnya.

Project tersebut, kata dia, mengajak siswa-siswi untuk sensitif terhadap lingkungan. Sehingga, ketika ada persoalan, langsung bisa begerak untuk mencari solusi dengan penelitian dan membuat karya ilmiah.

“Dalam satu tahun itu ada dua project, sehingga anak-anak sejak kelas awal itu sudah terbiasa untuk melakukan analisis, diskusi, menemukan solusi,” imbuhnya.

Ia juga bersyukur karena orang tua siswa turut berperan aktif dalam setiap pendampingan belajar. Sehingga, sekolah semakin terbantu untuk mengukir prestasi-prestasi baru.

“Ketika bapak ibu guru tidak sempat mengantar untuk melakukan penelitian, orang tua juga bisa membantu, bekerja sama dengan kami untuk mengantarkan anak-anak, karena saking banyaknya lomba,” tuturnya.

Prestasi-prestasi semacam itu, kata dia, memberi dampak yang besar dalam perjalanan siswa. Karena bisa menjadi penunjang untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, yakni ke jenjang perkuliahan.

“Kami berharap semangat ini tetap menular kepada adik-adik kelasnya, atau yang lain yang belum mencoba, karena ini bisa produktif dan bermanfaat pada studi lanjut dan masa depan mereka,” ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Azkarana Rectaversa Almadira salah satu siswi peraih medali emas dari hasil karya yogurt bubuk untuk mengatasi kurang yodium, mengatakan, meskipun sudah meraih medali emas, ia dan tim tidak berhenti untuk melakukan pengembangan hasil inovasinya tersebut.

“Kami masih berencana untuk mengembangkan dari segi rasa, teskstur dan lain sebagainya yang masih perlu diperbaiki, dan tentu saja untuk dikomersialkan,” ucapnya.

Raya Matahari rekan setim Azkarana berharap, ke depan inovasi itu bisa digunakan oleh banyak orang dan bermanfaat dalam memenuhi yodium sehari-hari.

“Dengan produk ini, harapannya presentasi GAKY di Indonesia turun, karena ini memiliki kandungan yodium yang sangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan setiap hari,” imbuhnya.

Alfurqonee Maharani Rezky Adynur perwakikan peraih medali emas dari karya serat kenaf untuk filter rokok mudah terurai, ingin karya timnya itu bisa membantu dalam mewujudkan lingkungan yang lebih baik, terutama soal pengurangan sampah puntung rokok.

“Serat kenaf yang biasanya cuma dimanfaatin untuk karung goni, kita buka prespektif lain bahwa ini bisa diolah untuk barang bermanfaat lain,” ucapnya.

Sementara itu, Brian Wijaya perwakilan tim pembuat mesin pengolah urine dan faces manusia menjadi lebih ramah lingkungan juga berharap, agar dengan hasil karya timnya itu, lingkungan bisa lebih bersih, khususnya sungai-sungai tidak lagi kotor akibat kandungan dari kotoran manusia.

“Ini bisa digunakan di industri maupun di rumah tangga. Ini alatnya memang masih kecil, tapi dari hasil pengujian sangat mudah untuk dikembangkan lebih besar dan lebih efektif lagi,” ucapnya.

Seperti diketahui, untuk peraih medali emas tersebut, dari kelompok pembuat yogurt bubuk untuk GAKY, ada Azkarana Rectaversa Almadira, Raya Matahari, Hilman Hafiz Al-Ramzi, Arfa’ Nashry dan Athaillah Qasthalany. Kelompok inovasi serat kenaf untuk rokok ada Alfurqonee Maharani Rezky Adynur, Mohammad Faeyza Azhari, Naura Azkania, Rakha Andhika Pranaja dan Sandya Rakha Yuswanto. Serta untuk kelompok inovasi mesin pengolah urine dan faces ada Brian Wijaya, Endika Radika Mahenra Putra, Achmad Rifqi Maulana Nashar, Satria Utama, dan Estining Wardhani.(ris/iss/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Pabrik Plastik di Kedamean Gresik

Kecelakaan Mobil Box di KM 12 Tol Waru-Gunungsari

Pipa PDAM Bocor, Lalu Lintas di Jalan Wonokromo Macet

Surabaya
Jumat, 20 September 2024
28o
Kurs