Jumat, 22 November 2024

Ketindihan saat Tidur Bukan Akibat Faktor Mistis, Dokter: Itu Sleep Paralysis

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi seseorang yang tidak bisa tidur nyenyak karena sleep paralysis. Foto : PIxabay

Dokter Rizka Ibonita spesialis neurologi dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON) Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta menegaskan bahwa ketindihan saat tidur tidak disebabkan oleh faktor mistis.

“Sebetulnya ini kondisi medis namanya sleep paralysis. Kondisi ini sebetulnya terjadi saat kita tidur di fase mata bergerak cepat atau REM (rapid eye movement),” dilansir dari Antara pada Rabu (21/8/2024).

Rizka menjelaskan bahwa pada fase REM, sistem saraf sistematis akan menghambat otot-otot untuk berkontraksi, sehingga tubuh tidak dapat bergerak sementara waktu. Pelumpuhan ini bertujuan untuk melindungi tubuh selama tidur.

Namun, ketika seseorang mengalami sleep paralysis, dia terbangun sebelum fase REM selesai. Pada situasi ini, otak belum siap mengirimkan sinyal bangun kepada otot.

“Biasanya orang jadi panik. Matanya panik tapi serasa lumpuh. Nggak bisa digerakkan,” tambah Rizka.

Rizka menyatakan bahwa terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan sleep paralysis, dengan kelelahan sebagai penyebab yang paling umum.

Selain itu, sleep paralysis sering terjadi pada orang-orang dengan jam tidur yang tidak teratur, serta dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan tingkat stres yang tinggi.

Menurut Rizka, sleep paralysis biasanya disertai halusinasi, yang sering kali membuat masyarakat percaya bahwa kondisi ini disebabkan oleh makhluk halus.

“Hampir dari seluruh sleep paralysis memang disertai halusinasi. Akhirnya karena matanya terbuka jadi akan merasa takut. Tapi justru semakin menjerit akan semakin nggak bisa keluar dari kondisi itu,” jelas Rizka.

Rizka menambahkan bahwa durasi sleep paralysis bisa bervariasi. Jika terjadi di awal fase REM, kondisi ini bisa berlangsung hingga 20 menit.

Untuk keluar dari sleep paralysis, Rizka menyarankan agar tetap tenang, karena kepanikan dapat memperburuk keterhubungan antara otak yang sudah bangun dengan otot yang lumpuh.

Selain itu, hindari melawan kondisi tersebut. Sebaiknya, cobalah gerakkan mata atau jari-jari tangan dan kaki secara perlahan, serta atur pernapasan dengan tenang.

Rizka juga menyarankan keluarga atau pasangan yang menyaksikan seseorang mengalami sleep paralysis untuk tidak panik dan tidak mengguncang tubuh orang tersebut.

“Kita boleh membangunkan tapi jangan menambah rasa panik. Bangunkan secara perlahan dengan merangsang di bagian tangannya lalu tenangkan orang yang mengalami hal tersebut,” pungkas Rizka. (ant/saf/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs