Jumat, 22 November 2024

Mengapa 21 Agustus Diperingati Sebagai Hari Juang Polri? Berikut Kisah Perjuangan di Surabaya

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Monumen Perjuangan Polri di simpang 4 Polisi Istimewa. Foto: Surabaya Tourism

Selain peristiwa 10 November, Hari Juang Polri yang dirayakan setiap 21 Agustus juga tak bisa dilepaskan dari Surabaya. Sebab, momentum tersebut berasal dari Kota Pahlawan.

Achmad Zaki Yamani Ketua Komunitas Begandring Soerabaia menceritakan awal bagaimana pentingnya tanggal 21 Agustus sehingga dirayakan sebagai Hari Juang Polri.

“Sebagai warga Surabaya, saya sangat bangga karena ada satu hari juang yang diputuskan berdasarkan peristiwa yang terjadi di Surabaya pada 21 Agustus 1945,” ujar Achmad Zaki Yamani ketika on air di Radio Suara Surabaya, Sabtu (17/8/2024).

Peristiwa ini, menurut Zaki, merupakan rangkaian dari momentum besar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Berita proklamasi yang disiarkan melalui kode morse dari Jakarta pada pukul 10.00 pagi, akhirnya tiba di Surabaya pada siang hari sekira pukul 12.00.

Kemudian pada 18 Agustus 1945, warga Surabaya mulai meragukan kebenaran berita proklamasi tersebut. Namun, pada malam harinya, Radio Surabaya menyiarkan berita proklamasi itu dalam bahasa Madura untuk menghindari deteksi oleh pihak Jepang.

Esok harinya, pada 19 Agustus 1945, bendera Merah Putih pertama kali dikibarkan di markas Kesatuan Polisi Istimewa (Tokubetsu Keisatsutai) Surabaya SMA Katolik St.Louis 1 Surabaya.

Pak Nainggolan, begitu nama polisi yang mengibarkan bendera Merah Putih untuk kali pertama di Surabaya. Zaki cerita bahwa Pak Nainggolan sempat menghadapi perlawanan dari Jepang yang memerintahkan untuk menurunkan bendera. Namun ia kembali mengibarkan bendera Merah Putih tersebut dan memasang kawat berduri sebagai perlindungan.

Pada 20 Agustus 1945 malam, Moehammad Jasin pemimpin Polisi Istimewa Surabaya, mengumpulkan seluruh stafnya untuk menyatukan visi mendukung proklamasi kemerdekaan dan mengambil alih kepolisian dari tangan Jepang.

Keesokan paginya, tanggal 21 Agustus 1945, Jasin membacakan “Proklamasi Polisi Republik Indonesia” di depan seluruh pasukannya, menyatakan bahwa polisi di Surabaya sebagai Polisi Republik Indonesia.

Setelah pembacaan proklamasi, para anggota Polisi Istimewa Surabaya konvoi keliling kota dengan menggunakan truk dan panser. Mereka meneriakkan “Merdeka” sambil menempelkan pamflet proklamasi di berbagai sudut kota.

Yang luar biasa, kekuatan Polisi Istimewa saat itu tetap utuh, tidak dilucuti oleh Jepang seperti kesatuan bersenjata lainnya seperti PETA atau Heiho.

Dengan kekuatan yang masih utuh, terlatih, dan bersenjata, polisi Surabaya mampu memberikan semangat juang kepada warga Surabaya dan memperkuat perasaan kemerdekaan di kalangan masyarakat.

“Polisi yang melakukan konvoi keliling Surabaya, meneriakkan ‘Merdeka’ dan menempelkan pamflet proklamasi, membawa satu mental juang yang semakin menggebu-gebu di kalangan warga Surabaya,” tambah Zaki.

Kekuatan polisi yang utuh ini juga memainkan peran penting dalam berbagai peristiwa selanjutnya, termasuk pelucutan senjata Jepang di Surabaya yang dipelopori oleh Jasin dan rekan-rekannya.

Kurang lebih 30 ribu pucuk senjata yang berhasil dilucuti, kemudian menjadi modal penting dalam pertempuran Surabaya dan perang kemerdekaan.

Pada 22 Januari 2024, Kapolri menetapkan 21 Agustus sebagai Hari Juang Polri untuk menghormati perjuangan para polisi yang turut serta dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, yang dipicu oleh peristiwa heroik di Surabaya. (saf/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
35o
Kurs