Sebagai upaya mengatasi terjadinya perang biologi, Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Laut (RSPAL) dr. Ramelan Surabaya menguatkan mitigasi dengan meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan.
Laksamana Pertama TNI dr. Sujoko Purnomo Kepala RSPAL dr. Ramelan mengatakan upaya tersebut penting, mengingat perang biologi sangat berbahaya dan mampu mempengaruhi kehidupan dunia.
“Bahaya biologi adalah dampak yang timbul akibat penyalahgunaan ilmu pengetahuan biologi, serta musibah atau wabah yang timbul oleh senjata biologi serta penyebarannya,” katanya dalam seminar Strategi Hadapi Ancaman Perang Biologi di RSPAL dr. Ramelan Surabaya, pada Senin (5/8/2024).
Sebagai dalam berlangsungnya perang biologi, senjata yang digunakan yakni agen biologi yang bisa berupa bakteri, virus, mikrobiologi dan sejenisnya. Senjata itu mematikan dan mempunyai dampak lebih besar jika dibandingkan dengan senjata-senjata konvensional lainnya.
Salah satu ancaman bersifat biologi, kata Sujoko, yakni timbulnya wabah penyakit menular yang menyebabkan pendemi. Kondisi tersebut, dapat meningkatkan penyebaran penyakit dan menimbulkan banyak korban di suatu negara bahkan lintas benua.
“Selain untuk melumpuhkan suatu wilayah, tujuan penting penggunaannya yakni untuk menciptakan sebuah skenario sebagai kontrol sosial di suatu negara dalam waktu yang singkat dan berdampak luas,” tuturnya.
Untuk mengatasi kemungkinan tersebut, ia menekankan pentingnya menggugah kembali kesadaran masyarakat Indonesia bahwa perang biologi itu nyata dan jika tidak diantisipasi bisa berlangsung lebih dahsyat.
“Perlu bersama bahu membahu memitigasi bahaya bio agen ini, baik secara individu maupun organisasi massif yang tersistem, tentunya harus sesuai dengan regulasi yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia,” bebernya.
Ia juga memastikan, bahwa RSPAL dr. Ramelan siap untuk mengatasi kemungkinan munculnya perang biologi tersebut. Rumah sakit TNI itu, juga dalam tahap pengembangan fasilitas, seperti ruang isolasi yang dilengkapi dengan sistem hepafilter dan magnehelix hingga ruang ICU dan pemenuhan alat pelindung diri serta proses pengendalian infeksi.
“Insyaallah telah berada di tahap pengembangan fasilitas yang telah ada, terbukti dengan telah ditunjuknya rumah sakit ini dalam penanganan Covid 19 yang lalu. Dari pengalaman tersebut, sarana prasarana kita lebih tingkatkan baik yang dibutuhkan oleh pasien maupun petugas kita,” tuturnya.
Ia berharap, kesiapsiagaan itu bisa diterapkan secara bersama-sama dengan kontribusi aktif untuk memastikan terciptanya negara yang kuat.
“Dapat peduli terhadap sekitarnya dengan menularkan ilmu yang telah dimiliki, agar dapat berjibaku satu sama lain membentuk kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi Biological Warfare menciptakan kondisi negara yang berketahanan,” pungkasnya. (ris/bil/ham)