Senin, 25 November 2024

Transisi Energi Terbarukan, 40 SMP Adiwiyata di Surabaya Belajar Rakit Mobil Listrik Tenaga Surya Skala Kecil

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Para pelajar dari berbagai SMP Adiwiyata di Surabaya belajar merakit mobil listrik tenaga surya skala kecil di Universitas Surabaya (Ubaya) pada Rabu (31/7/2024). Foto: Risky suarasurabaya.net

Sebanyak 40 Sekolah Adiwiyata tingkat SMP di Surabaya mengikuti penguatan edukasi energi terbarukan yang digelar oleh Pusat Studi Lingkungan dan Energi Baru Terbarukan (PuSLET) Universitas Surabaya (Ubaya) di Fakultas Teknologi Ubaya Tenggilis, Surabaya, pada Rabu (31/7/2024).

Elieser Tarigan Ketua PuSLET Ubaya mengatakan, kegiatan yang juga kolaborasi Ubaya dengan Kedutaan Czech Republic dan Pemerintah Kota (Kota) Surabaya itu, sebagai pelaksanaan “Project Empowering Indonesian Schools with Renewable Energy Demonstration: A SSP Project with Czech Innovation.”

Salah satu kegiatan yang dijalani oleh siswa dari puluhan sekolah di Surabaya itu, yakni merakit mobil listrik tenaga surya skala kecil.

“Saat ini, Indonesia berada pada fase peralihan ke energi terbarukan. Sehingga pemberian edukasi sejak dini kepada siswa SMP perlu dilakukan. Ditambah, banyak SMP di Surabaya yang sudah mendapat predikat Adiwiyata,” katanya.

Salah satu mobil mini bertenaga surya yang dirakit oleh siswa SMP di Universitas Surabaya (Ubaya) pada Rabu (31/7/2024). Foto: Risky suarasurabaya.net

Langkah tersebut, kata dia, memiliki dampak jangka panjang, sehingga pengetahuan dan pengalaman tentang energi terbarukan harus diberikan, agar ketika bekerja di industri para siswa sudah terbiasa peduli dengan lingkungan.

Selain siswa, dalam kegiatan tersebut para guru juga mendapat edukasi tentang pentingnya energi terbarukan.

“Begitu pula dengan para guru yang juga perlu diedukasi agar bisa mendidik siswa aware dengan energi terbarukan,” jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa energi terbarukan sangat penting, apalagi ke depan tidak bisa lagi bergantung pada energi konvensional, energi fosil, karena terbatas.

“Jadi, energi fosil ini akan habis dalam kurun waktu 20-25 tahun lagi, dan ini harus diantisipasi, tentunya secara bertahap,” ucapnya.

Selain itu, energi yang tidak terbarukan tersebut juga dapat menimbulkan masalah lingkungan, seperti global warming hingga climate change. Sehingga, sudah waktunya menyesuaikan diri dengan energi terbarukan.

“Supaya tidak terjadi ketimpangan atau gejolak sosial, ini pelan-pelan, termasuk melalui berbagai program, khususnya anak-anak ini akan menjadi terbiasa pada masanya kelak pada transisi energi,” ucapnya.

Selain mendapat materi, pada siswa dan guru juga mendemonstrasikan penggunaan kit energi terbarukan. Setelah itu, mereka merakit mobil tenaga surya skala kecil dengan perhitungan rumus yang telah diberikan agar mobil dapat berjalan menggunakan sinar matahari.

“Harapannya, ini menjadi langkah awal upaya peningkatan kesadaran tentang energi terbarukan untuk generasi muda,” pungkasnya. (ris/bil/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Senin, 25 November 2024
35o
Kurs