Bank Sampah GADISS yang dikelola oleh warga RT04 RW05 Pakis Tirtosari, Kelurahan Pakis, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya pada awalnya diinisiasi karena ingin membangkitkan suasana guyup rukun.
M. Adji Baskoro Ketua RT 04 RW 05 Pakis Tirtosari mengaku, bank sampah yang ada di wilayahnya sudah ada sejak 2014 lalu dan telah mendapat binaan.
Program ini terus digalakkan hingga sekarang. Semula supaya warga selalu guyup rukun dan aktif untuk hal-hal positif.
Ia tidak menyangka bahwa bank sampah yang sudah berusia sepuluh tahun ini bisa menghasilkan cuan. Bahkan menjadi contoh pembelajaran dari kampung lainnya.
Program ini, kata Adji, awalnya tidak berjalan dengan mulus. Banyak kendala yang ditemui, termasuk soal sosialisasi.
“Dulu kendala kami di pemilahan sampah. Karena masih awal, belum tahu yang benar seperti apa,” terang Adji saat ditemui suarasurabaya.net, Minggu (28/7/2024).
Adji mengungkapkan, dulu kampungnya menggunakan karung plastik tak terpakai untuk diletakkan di depan rumah warga. Fungsinya, supaya warga bisa memilah sendiri sampah kering dan basah.
“Sampah kering akan dikelola di bank sampah, sementara sampah basah akan masuk ke lobang biopori di kampung ini,” kata Adji.
Kini, mengelola sampah tak sulit lagi. Terlebih warga sudah tahu keuntungannya. Sampah yang ditabung di bank sampah, nanti akan diganti uang sesuai dengan berat sampah.
“Pengumpulan sampah dilakukan setiap bulan. Biasanya dari sampah itu, warga bisa mengumpulkan Rp40 ribu sampai yang paling banyak Rp200 ribu,” jelas Adji.
Nantinya, lanjut Adji, hasil tabungan itu akan dibagikan ke warga setelah satu tahun atau bertepatan dengan penutupan buku PKK.
Pemilihan nama GADISS memiliki kepanjangan yakni, guyup, aman, damai, indah, sehat, dan sejahtera.
Adji berharap, lewat bank sampah yang saat ini dikelola, dapat memberdayakan ekonomi warga.
“Juga membantu masyarakat supaya nggak mengharapkan cuan dari luar, karena dari kampung sendiri pun bisa kalau mau berkarya dan bergerak,” tutur Adji. (kir/saf/ham)