Jumat, 22 November 2024

Peniadaan Jurusan SMA Disorot, DPRD Jatim Khawatir Kurikulum Merdeka Jalan di Tempat

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Ilustrasi. Ratusan siswa-siswi baru SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya saat menyimak materi ke-Surabaya-an di Balai Pemuda Surabaya dalam Forum Ta'aruf dan Orientasi Sekolah (Fortasi) pada Senin (15/7/2024). Foto: Risky Pratama suarasurabaya.net

Hikmah Bafaqih Wakil Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur menyoroti kesiapan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI dalam impelemtasi Kurikulum Merdeka Belajar yang baru.

Kurikulum baru ini menerapkan penghapusan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA. Secara substansi dan semangat, Hikmah menyebut penghapusan jurusan di SMA sudah benar. Supaya siswa bisa lebih fokus di jenjang karir sesudah lulus sekolah.

“Menurut saya, sepanjang alasannya jelas untuk kemudian menguatkan pradigma dari pelaksanaan Kurikulum Merdeka, it’s OK,” kata Hikmah dikonfirmasi suarasurabaya.net, Jumat (19/7/2024).

Implementasi kurikulum baru tersebut tentunya sangat bergantung pada peran guru supaya tujuan fokus jenjang karir tercapai. Hal itulah yang menjadi kekhawatiran Hikmah, apabila dalam penerapannya guru belum siap.

Berkaca pada Kurikulum Merdeka sebelumnya, Hikmah menyebut penerapannya belum tuntas. Menurutnya, kurikulum kemarin masih memberatkan guru di urusan administrasi serta kurang diikuti penguatan kompetensi guru.

“Saya khawatir piranti-pirantinya. Seperti kita ketahui Kurikulum Merdeka belum cukup tuntas dilaksanakan, semangatnya bagus tapi instrumen pendukungnya tidak memerdekakan,” ujarnya.

Hikmah melanjutkan. “Masih berat di urusan administrasi bagi guru. Dan masih kurang diikuti penguatan kompetensi guru,” imbuhnya.

Wakil Komisi E DPRD Jatim itu mengatakan, apabila sejumlah piranti pendidikan belum siap menerapkan tujuan baru ini, ia khawatir Kurikulum Mereda akan jalan di tempat.

Hikhmah berharap, semangat menerapkan kurikulum baru ini diikuti dengan kompetensi guru dan arahan yang jelas dari kepala sekolah.

“Kalau kemudian piranti penting seperti guru belum siap dan kompetensi menerapkan kurikulum merdeka yang di antaranya muncul bentuk penghapusan penjurusan ini, ya tetep saja kita jalan di tempat dengan kurikulum dengan konten pendidikan yang berat bagi anak,” jelasnya.

Sementara itu Prof. Warsono Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur menilai, penjurusan di SMA tidak cukup membekali siswa untuk masuk perguruan tinggi serta menghadapi dunia kerja.

Oleh sebab itu, Kurikulum Merdeka memfokuskan pada pengembangan karakter, kebangsaan, dan cara berpikir logis. Serta membebaskan siswa memilih mata pelajaran yang relevan dengan cita-cita mereka.

“Kemudian anak-anak disuruh memilih bidang ilmu yang nanti relevan atau dibutuhkan dalam program studi,” katanya ketika on air di Radio Suara  Surabaya, Kamis (18/7/2024).

Warsono menyarankan agar siswa memiliki cita-cita sebelum lulus sekolah, bahkan sejak kecil. Hal ini akan membantu mereka dalam memilih program pendidikan yang tepat.

“Kalau anak-anak sudah tahu cita-citanya jadi apa, mereka akan fokus pada materi pembelajaran yang mampu menunjang hal itu. Anak-anak harus diajarkan berpikir prediktif ke depan,” ungkapnya.

Saat ini, sosialisasi Kurikulum Merdeka dan peniadaan jurusan SMA gencar dilakukan kepada masyarakat, terutama orang tua.

“Orang tua harus paham bahwa anak memiliki kompetensi yang berbeda. Sehingga tidak boleh disamakan. Orang tua juga harus mendorong anak untuk membangun masa depan,” ujar Warsono.(wld/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs