Hari Raya Iduladha menjadi momentum penting untuk meneladani kisah Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan Nabi Ismail putranya, demi menjalankan perintah Allah SWT.
Hal itu diungkapkan oleh Syafiq A. Mugni Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah bidang Hubungan Antar Agama dan Peradaban, saat mengisi khutbah Iduladha 1445 Hijriyah di Jalan Pahlawan, Bubutan, Surabaya, Senin (17/6/2024).
“Pelajaran Nabi Ibrahim mengorbankan sesuatu untuk kepentingan jangka panjang, dan Nabi Ibrahim tidak hanya berpikir untuk jangka pendek,” ucapnya.
BACA JUGA: Ribuan Warga Muhammadiyah Surabaya Laksanakan Salat Iduladha di Jalan Pahlawan
Karena pengorbanan luar biasa itu, lanjut Syafiq, Allah SWT mengangkat Nabi Ibrahim sebagai imamah. “Sehingga, pantas jadi pelajaran bagi kita, kita ambil hikmahnya untuk kehidupan yang lebih baik,” tuturnya.
Selain itu, Syafiq dalam khutbahnya juga mengatakan bahwa Nabi Ibrahim merupakan sosok yang selalu berpikir. Pengembaraan Nabi Ibrahim dalam mencari Tuhan pun menjadi pelajaran berharga.
Yakni, mulai dari Ibrahim menyangka bintang adalah Tuhan, tetapi bintang yang dilihatnya hilang, kemudian ia tidak percaya bahwa bintang adalah Tuhan sesungguhnya.
Kemudian Ibrahim melihat bulan dan kembali berpikir bahwa bulan adalah Tuhan. Tetapi, ia kembali sadar jika bukan bukanlah Tuhan ketika pagi datang.
Ibrahim kemudian melihat matahari dan menganggap bahwa matahari adalah Tuhan karena lebih besar dari bulan dan bintang, namun lagi-lagi, matahari hilang ketika malam datang.
Ibrahim kemudian menyimpulkan bahwa sesuatu yang kelihatan mata bukanlah Tuhan. Baginya, Tuhan tidak akan pernah hilang.
Setelah itu, Ibrahim mendapat hidayah, dan ia menemukan Tuhan yang selama ini ia cari, yakni Allah SWT, Tuhan yang menciptakan seluruh makhluk.
“Nabi Ibrahim terus mencari kebenaran, tidak berhenti. Mari meneladani Ibrahim dan terus berpikir sehingga bisa menajdi orang yang berilmu dan merasakan keagungan Islam,” jelasnya.
Berbagai kisah tersebut, kata dia, harus menjadi pelajaran yang diamalkan, seperti menjadi pribadi yang terus belajar, dan menjadi pribadi yang berusaha berkurban di Hari Raya Iduladha, yang memiliki nilai manfaat bukan hanya untuk diri sendiri sebagai pahala dari Allah, tetapi juga untuk masyarakat luas.
Tentu, kata dia, banyak godaan dalam kehidupan untuk menjalankan amal-amal kebaikan. Tetapi, ia menegaskan bahwa manusia harus terus berupaya, seperti halnya dalam kisah-kisah suri tauladan.
“Dan jangan lupa untuk terus bersyukur, marilah kita menjadi orang yang bersyukur, meskipun Allah mengatakan orang yang bisa bersyukur itu sedikit. Mari berdoa bersama, semoga kita menjadi hamba yang senantiasa bersyukur,” pungkasnya. (ris/bil/ISS)