Faizal Rochmad Djoemadi Direktur Utama Pos Indonesia mengatakan, performansi atau prestasi kerja, merupakan hal penting yang harus menjadi fokus dalam kepemimpinan di tengah adanya krisis.
“Kami tidak bisa bicara visi dalam kondisi krisis, semua daya fokus menaikkan performansi,” katanya dalam bedah buku “Thriving on Turbulence: Agile Leadership untuk Sukses Melawati Disrupsi” dan cangkrukan bersama alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) di Surabaya, Minggu (9/6/2024).
Ia mengatakan, pentingnya berfokus pada performansi itu telah ia tuangkan dalam buku terbarunya tersebut, yang diambil dari pengalaman memimpin Pos Indonesia saat periode pandemi.
“Pandemi adalah bentuk nyata dari krisis. Kepemimpinan di tengah krisis membutuhkan pendekatan yang berbeda. Ia tidak bisa dilakukan dengan kepemimpinan yang biasa,” ucapnya.
Ia menjelaskan, ada strategi memimpin di tengah krisis, yakni agilitas, yang merupakan kemampuan untuk bertindak lincah, cepat dan tepat.
“Agilitas harus dikembangkan ke dalam lima aspek yakni agile leadership, agile culture, agile digitalization, agile inno-collab, dan agile execution,” bebernya.
Dalam agile leadership, seorang pemimpin harus mampu mengkomunikasikan fakta terburuk yang sedang dihadapi perusahaan.
Ia beranggapan bahwa penyampaian sebuah brutal fact adalah langkah penting untuk membangun rasa kebersamaan dan pemahaman yang sama atas krisis.
“Penyampaian brutal fact penting untuk menciptakan sense of crisis,” imbuhnya.
Langkah pertama agile leadeship menurutnya adalah create sense of crisis. Kemudian setelah semua elemen perusahaan paham dengan kondisi yang dihadapi, aksi berikutnya yakni fokus untuk menaikkan performansi perusahaan, baik performansi finansial, bisnis dan operasional.
“Dalam suasana krisis kita tak punya kemewahan merancang visi. Semua upaya dan tenaga harus fokus ke performansi perusahaan,” ucapnya.
Formula kepemimpinan yang ia jabarkan ke dalam buku itu, telah berhasil mengantarkan Pos Indonesia melewati krisis, dan tetap mampu bersaing dengan kompetitor, bahkan memenangkan persaingan pasar.
Dalam kesempatan itu, ia juga membeberkan rumus melalui karir dengan baik, yakni dengan dengan 3B; Be yourself, Build your character, Broaden your network.
“Artinya apa? Menjadi sukses itu harus pertama, menjadi diri sendri dengan memberikan prestasi yang terbaik di bidangnya (be yourself). Kedua, harus punya karakter yang kuat (build your character). Ketiga, kita harus memperluas relasi dan memberikan manfaat bagi sesama (broaden your network),” tuturnya.
Seperti diketahui, buku yang ia tulis itu merupakan hasil dari perjalanan memimpin perusahaan di saat krisis internal dan eksternal, serta penuh turbulensi. Buku tersebut ia tulis dalam waktu enam bulan dan di awal percetakan ini telah mencetak sekitar seribu eksemplar. (ris/saf/ham)