Festival Sinema Australia-Indonesia (FSAI) digelar di beberapa kota di Indonesia, salah satunya di Surabaya, pada Jumat (7/6/2024).
Gelaran festival tahunan yang diadakan oleh Konsulat Jenderal (Konjen) Australia tersebut, dimulai dengan masterclass film di Airlangga Sharia & Entrepreneurship Education Center (ASEEC) Universitas Airlangga (Unair) dan dilanjutkan dengan nonton bareng film di Ciputra World Surabaya.
Luise Curham seorang arsiparis, pembuat film eksperimental dan dosen di School of Media, Creative Arts and Social Inquiry di Universitas Curtin mengatakan bahwa film adalah kendaraan terbaik untuk membawa Indonesia dan Australia dalam kebersamaan.
“Saya pikir, film memiliki kekuatan untuk membantu kita lebih memahami satu sama lain, film membawa kita ke tempat yang berbeda yang mungkin kita tidak pernah terjadi,” katanya di Ciputra World Surabaya, Jumat (7/6/2024) malam.
Curham mengatakan bahwa film juga bisa memberikan berbagai pengetahuan kepada penonton, seperti teknologi hingga tantangan soal lingkungan saat ini.
“Ada hal-hal di sana yang bisa menghubungkan orang di sini juga, bisa menimbulkan banyak partanyaan juga. Bagaimana kita akan mengetahui apa hal ini? Bagaimana kita harus menggunakannya di masa depan? Banyak pertanyaan tentang bagaimana kita akan melakukannya,” ucapnya.
FSAI, kata dia, merupakan kolaborasi festival film yang bagus dan harus terus dijalankan, sehingga bisa mempererat hubungan antar satu dengan yang lainnya.
Sementara itu, Anthea Griffin Konsul Jenderal Australia Sementara di Surabaya mengatakan bahwa FSAI yang merupakan festival tahunan, selalu menampilkan film yang berbeda dan menarik, bahkan menyuguhkan film yang dibuat oleh kolaborasi Indonesia-Australia seperti Petualangan Sherina.
“Karena kami juga mencoba menonton film Indonesia yang memiliki hubungan Australia, dan dalam hal ini, Mira Lesmana belajar di Australia, dia seorang alumni Australia. Ini adalah contoh yang bagus untuk kolaborasi film,” bebernya.
Ia berharap, festival tersebut bisa terus diadakan di tahun-tahun selanjutnya untuk menjalin hubungan baik Indonesia-Australia. Apalagi, lanjut dia, dalam pengadaan festival tersebut sempat memiliki tantangan saat pandemi, tetapi tetapi bisa dilalui dengan mengadakan secara online.
“Saya pikir itu berlangsung satu atau dua tahun, itu adalah pengalaman yang berbeda, tapi bagusnya masih bisa kita teruskan, meskipun kita tidak bisa bersama di teater,” ucapnya.
Seperti diketahui, selain digelar di Surabaya, FSAI juga diadakan di beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Padang, Mataram, Makassar, Manado, Samarinda, dan Balikpapan.(ris/iss)