Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan merealisasikan Automated Rail Transit (ART) di Kota Pahlawan pada 2027 mendatang. Kereta otonom tanpa rel itu diketahui juga akan beroperasi di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya menyebut, rencana itu dibahas saat forum Asosiasi Pemerintah Kota Se-Indonesia (APEKSI) di Balikpapan pada pekan lalu, tepatnya saat bertemu dengan Kementerian Perhubungan.
Menurutnya ART adalah opsi transportasi yang paling mungkin, karena memakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sekitar Rp100 miliar per kilometernya.
“Kalau tujuh kilometer Rp600-Rp700 miliar ya kita berani (pakai APBD penuh). Nanti kita akan hitung subsidinya,” kata Eri waktu ditemui awak media di Surabaya, Jumat (7/6/2024).
Berbeda dengan Mass Rapid Transit (MRT), yang disebutnya butuh biaya fantastis, yakni Rp2,3 triliun per kilometernya.
“Karena tidak ada kepala daerah yang mampu mengerjakan. MRT itu satu kilonya itu 2,3 triliun. APBD Surabaya (untuk membangun) lima kilometer doang habis, gak ada dana kemiskinan,” imbuhnya.
Begitu juga dengan Light Rail Transit (LRT), kata Eri, bisa memakan dana Rp800 miliar per kilometernya.
“Kami langsung ngacung (angkat tangan untuk pembangunan ART). Saya langsug menyampaikan ke kemenhub, insyaAllah di 2025 bagaimana rencana kami (membangun),” paparnya.
Sementara rencana pembangunan Surabaya Regional Railway Line (SRRL) atau kereta berpenggerak listrik penghubung Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik yang akan beroperasi awal 2029 mendatang dan ditanggung penuh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dipastikannya tetap berjalan.
Karenanya, kehadiran ARL dan SRRL diharapkan bisa mengurai kemacetan dan mendekatkan akses di dalam kota maupun antar kota tetangga.
Dengan begitu transportasi umum Surabaya akan terintegrasi dari angkutan pengumpan di perkampungan, bus umum, kereta listrik dalam kota, lalu kereta listrik ke kota tetangga.
“Kita juga ajukan dengan feeder-feeder. Nanti kita hitung lagi feeder, kita kembalikan masuk lagi ke perkampungan, lalu bisa ngangkat ke pusatnya (kota), (lanjut) bisa naik Trans Semanggi atau bisa Bus Suroboyo, (lalu) diterima ART,” tuturnya.
Studi kelayakan pembangunan ART, sambung Eri, akan dilakukan tahun 2025, dilanjut secara bertahap pada 2026, dan beroperasi 2027.
“Kami sudah menghubungi Pak Menhub, saya pengin minta konsep beliau, nanti kita lakukan FS (Feasibility Study) di Surabaya, semoga di 2025 atau 2026 sudah jalan,” katanya lagi.
Sekedar diketahui, ART adalah kereta dengan tiga gerbong, mampu memuat 300 penumpang, berkecepatan maksimum 70 kilometer per jam, tidak menggunakan rel konvensional, roda besi, kabel, maupun awak, tapi dikemudikan otomatis oleh sistem.
ART menggunakan ban karet, akan beroperasi di jalan raya melalui lintasan virtual yang sudah ditentukan sebelumnya. Transportasi massal ini pertama kali dikenalkan ke publik 2017 oleh perusahaan asal China. (lta/bil/iss)