Di tengah suhu yang mencapai 44 derajat Celsius, suasana di Masjidil Haram tetap dipenuhi oleh para jemaah haji, khususnya dari Indonesia.
Pantauan suarasurabaya.net, Rabu (5/6/2024), meski cuaca terik, para jemaah tetap antusias melaksanakan salat di depan Ka’bah dan menjalankan umrah sunnah.
Namun, guna menjaga kelancaran dan keamanan ibadah, otoritas Masjidil Haram memberlakukan pengetatan pengaturan. Pengetatan ini bertujuan untuk mengelola jumlah jemaah yang semakin meningkat setiap harinya.
Contohnya, jemaah pria yang ingin sholat di pelataran Ka’bah diwajibkan mengenakan pakaian ihram. Mereka yang tidak mengenakan pakaian ihram akan diarahkan ke lantai 3 untuk salat berjemaah.
Aturan ini telah mempengaruhi banyak jemaah haji Indonesia yang meskipun tidak sedang melaksanakan umrah, tetap mengenakan pakaian ihram dari hotel agar dapat salat di depan Ka’bah.
Selain itu, pengetatan juga dilakukan melalui pemindahan jemaah di lokasi-lokasi tertentu oleh petugas keamanan, atau ASKAR. Pemindahan ini sering kali terjadi di area yang dianggap sebagai jalur penting bagi masuk dan keluarnya jemaah.
Hal ini kadang menyebabkan kebingungan dan kelelahan di kalangan jemaah, terutama ketika mereka sudah dekat dengan pintu keluar namun harus berputar kembali karena adanya penutupan gate. Meski demikian, hal ini adalah diskresi yang dilakukan oleh otoritas Masjidil Haram untuk mengurai kepadatan di dalam masjid.
Kloter jemaah haji Indonesia telah diberikan informasi agar tidak memaksakan diri untuk salat di Masjidil Haram jika kondisinya terlalu padat, terutama saat siang hari.
Dengan pengetatan pengaturan ini, diharapkan jemaah dapat menjalankan ibadah dengan lebih tertib dan aman. Apalagi, jemaah saat ini juga tengah bersiap-siap untuk kegiatan puncak haji yang tinggal beberapa hari lagi. (rst/bil/ipg)