Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) mengingatkan kepada jemaah haji Indonesia agar tidak membawa bahan makanan seperti beras saat berangkat ke Tanah Suci.
“Karena sudah mendapat full makan, jamaah yang masih di Tanah Air tidak usah membawa makanan seperti beras dan lainnya,” ujar Beny Darmawan Kasie Konsumsi Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daker Makkah dilansir Antara pada Kamis (23/5/2024).
Beny mengatakan, komitmen pemerintah untuk memberikan layanan terbaik bagi jamaah haji Indonesia diwujudkan salah satunya dengan memberikan konsumsi secara penuh di Kota Makkah Al-Mukaromah.
PPIH Arab Saudi Daerah Kerja (Daker) Makkah menyiapkan 84 kali konsumsi selama di Makkah dan 15 kali ditambah 1 kali makanan ringan saat masa puncak haji di Arafah, Muzdalifa, dan Mina (Armuzna).
“Mereka akan makan tiga kali sehari dengan menu yang sudah disesuaikan dengan cita rasa Nusantara, Indonesia,” katanya.
Jamaah haji Indonesia akan berada di Kota Makkah selama lebih kurang 28 hari. Selama itu mereka akan mendapat tiga kali makan setiap harinya yaitu pagi, siang, dan malam.
“Jamaah akan mendapatkan makan tiga kali sehari, sehingga total akan memperoleh 84 kali makan selama 28 hari,” katanya.
Beny mengingatkan kepada jamaah supaya ketika mendapatkan makanan, harus segera mengonsumsinya. Pasalnya terdapat batas waktu konsumsi untuk menjaga kehigienitasan makanan.
“Biasanya jamaah kita suka menunda-nunda, ini jangan dilakukan karena kalau lewat waktunya, makanan sudah tidak layak dikonsumsi,” kata Beny.
Ia menyebut sebagai komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas layanan, pihaknya juga telah melatih para juru masak dari penyedia katering di Makkah.
Menu makanan juga sudah disesuaikan dengan selera lidah orang Indonesia. Misalnya saja saat makan pagi ada menu nasi kuning, telur, sayur, dan buah. Khusus untuk lansia, menu akan disesuaikan dengan kebutuhan seperti bubur tim atau makanan yang tidak keras.
“Kita juga memprioritaskan menu untuk jamaah haji lansia. Menunya khusus, misalnya nasi lebih lembut atau nasi tim atau bubur,” kata Beny. (ant/saf/ham)