Universitas Virginia mengeluarkan pernyataan, setidaknya 25 pengunjuk rasa ditangkap, karena masuk tanpa izin menyusul intervensi polisi untuk membubarkan perkemahan pro-Palestina di kampus.
Universitas Virginia menyatakan, protes pro-Palestina di lapangan (universitas) berakhir pada Sabtu (4/5/2024) lalu.
Hal itu setelah universitas, polisi lokal dan negara bagian membersihkan area itu menyusul pelanggaran berulang kali terhadap beberapa kebijakan Universitas, termasuk penggunaan tenda dan pengeras suara.
“Tindakan kekerasan yang terjadi selanjutnya serta kegagalan untuk mengikuti arahan penegakan hukum menyebabkan pertemuan itu dinyatakan sebagai melanggar hukum,” kata universitas tersebut dilansir Antara pada Senin (6/5/2024).
Selain itu, Universitas Virginia mengatakan sebelum perselisihan dengan penegak hukum pada Sabtu yang mengakibatkan 25 orang ditangkap.
Demonstrasi itu sendiri dimulai pada Selasa (30/4/2024) dan berlangsung damai serta mematuhi kebijakan Universitas.
Terpisah, sebanyak 50 orang ditangkap di Sekolah Institut Seni Chicago (SAIC), menurut pernyataan kampus tersebut.
“Dan seiring berjalannya protes, para pengunjuk rasa mengepung dan mendorong petugas keamanan serta mencuri kunci museum mereka, memblokir pintu keluar darurat, dan membarikade gerbang. Protes juga mulai meningkat di Michigan Avenue di luar museum,” demikian peryataan SAIC.
Universitas menawarkan para demonstran lokasi alternatif untuk melanjutkan protes mereka di kampus, namun mereka menolaknya, menurut pernyataan itu.
“Selama beberapa perundingan, mahasiswa pengunjuk rasa SAIC dijanjikan amnesti dari sanksi akademik dan tuduhan pelanggaran jika mereka setuju untuk pindah lokasi. Kampus juga setuju untuk bertemu dengan mahasiswa untuk membahas tuntutan mereka. Setelah kurang lebih lima jam, kesepakatan tidak dapat dicapai,” demikian dalam pernyataan tersebut. (ant/saf/ipg)