Jumat, 22 November 2024

Kota Masih Menarik Bagi Anak Muda Desa

Laporan oleh Widya Safitri
Bagikan
Ilustrasi - Penumpang baru saja turun dari bus dalam arus balik gelombang pertama di Terminal Purabaya Bungurasih, Minggu (14/4/2024). Foto: Risky suarasurabaya.net

Fenomena urbanisasi masih terus terjadi seiring pembangunan di desa. Luluk Dwi Kumalasari Kaprodi Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengatakan, kota masih punya daya tarik bagi masyarakat desa terutama usia produktif. Meskipun diakui, trennya menurun termasuk di DKI Jakarta.

“Anak-anak itu (yang di desa,-red) punya impian. Tapi harus diarahkan impian itu jadi rasional. Pilihan hidup sukses tidak harus selalu di kota. Keahlian mereka bisa digunakan untuk membangun desa,” kata Luluk di Program Wawasan Suara Surabaya, Rabu (17/4/2024).

Karena itu perlu ada upaya pemerintah desa menciptakan peluang kerja. Sehingga bisa mengantisipasi urbanisasi.

Pemerintah desa harus memberikan program pembangunan dan pemberdayaan desa. Misalnya desa wisata yang diharapkan bisa jadi tempat SDM di sana mengembangkan wilayah masing-masing.

Pemerintah Desa punya kesempatan mengembangkan SDM, karena pola pikir generasi sekarang sudah mulai berubah. Terlihat dari tren penurunan angka urbanisasi.

“Orang sekarang sudah mulai pintar, pindah dari satu wilayah ke wilayah lain berpikir tujuannya apa. Apa daerah yang dituju bisa menyediakan sesuai dengan yang ingin didapatkan,” tambah Luluk.

Tapi Luluk juga mengingatkan, susah-susah gampang menghadapi karakter generasi sekarang, apalagi yang maunya serba instan.

Ditambah ada yang menganggap di desa terkekang karena adat istiadat, sementara di kota dianggap lebih bebas. Karena itu perlu ada upaya lebih, tidak hanya pemerintah desa tapi juga pemerintah di kota tujuan urbanisasi.

“Tetap harus antisipasi dari dinas terkait. Harus tetap kritis apakah tren urbanisasi tetap atau ada perubahan, membangun jaringan dikoordinir oleh dukcapil sampai pengecekan kos kosan. Lalu apa ada kepastian pekerjaan dan tempat tinggal, itu jadi dua poin penting,” kata Luluk.

Perlu diketahui, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya kembali fokus mengantisipasi fenomena urbanisasi usai Lebaran.

Eddy Christijanto Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Surabaya mengatakan, masyarakat yang masuk ke Surabaya harus memiliki tujuan yang jelas.

Tak hanya itu saja, pada pendatang juga diharuskan memiliki pekerjaan dan tempat tinggal yang jelas selama di Kota Pahlawan.

Sementara bagi yang pindah ke Surabaya tanpa punya pekerjaan dan tempat tinggal, akan dipulangkan paksa ke daerah asal.

Langkah itu ditempuh karena pendatang tanpa tujuan dan tempat tinggal yang jelas, berpotensi memperbesar angka kriminalitas, tingkat pengangguran, dan kemiskinan.

“Pemkot Surabaya tidak melarang masyarakat mencari nafkah di sini, asal jelas. Karena dikhawatirkan muncul problem baru, yaitu tingginya angka kriminalitas, banyaknya pengangguran, serta mempengaruhi warga miskin dan gelandangan di Surabaya,” katanya dalam keterangan pers, Rabu (17/4/2024).

Ia mengaku sedang melakukan pendataan ke lapangan. Pemkot Surabaya mengerahkan RT dan RW untuk mendata penduduk baru. (wid/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs