Jumat, 22 November 2024

Sejuta Lebih Warga Gaza Kehilangan Tempat Tinggal 200 Hari Pascaaksi Brutal Israel

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Bangunan yang hancur di kamp pengungsi Bureij di Jalur Gaza tengah, Selasa (23/4/2024). Foto: Antara/Xinhua

Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyatakan, sejuta lebih warga Palestina yang berada di Jalur Gaza kehilangan tempat. Mereka mengungsi sejak memanasnya konflik Israel-Hamas sekitar 200 hari lalu.

“Kehancuran terjadi di mana-mana di Gaza. Kerusakan infrastruktur penting sangat besar,” tulis UNRWA dalam sebuah unggahan di platform media sosial X, saat dilansir dari Antara, pada Kamis (25/4/2024).

Dalam sebuah rekaman pidato yang menandai hari ke-200 konflik, Abu Ubaida Juru Bicara Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, menuduh Israel menghalangi berbagai upaya mediasi gencatan senjata.

“Israel mencoba menghindar dari semua janji-janjinya dalam negosiasi dan ingin mengulur-ulur waktu,” ujarnya.

Dia menambahkan, tidak akan ada kompromi terhadap hak-hak dasar rakyat Palestina. Hal itu, termasuk penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza, pencabutan blokade, dan kembalinya warga Palestina yang mengungsi ke rumah-rumah mereka.

Media Israel pada Senin (22/4/2024) melaporkan berbagai persiapan sedang dilakukan untuk memperluas zona kemanusiaan di Jalur Gaza menjelang kemungkinan serangan Israel ke Rafah, kota di ujung selatan Jalur Gaza.

Hebrew Public Radio mengatakan zona kemanusiaan baru itu akan membentang dari Kota Al-Mawasi di bagian selatan Jalur Gaza di sepanjang jalur pesisir hingga ke pinggiran Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah, dan akan mampu menampung sekitar 1 juta pengungsi.

Menurut laporan itu, lima rumah sakit lapangan telah didirikan di area tersebut untuk melengkapi sejumlah rumah sakit yang sudah beroperasi.

Sementara itu, Benjamin Netanyahu Perdana Menteri Israel pada Minggu (21/4) berjanji akan mengintensifkan tekanan militer dan politik terhadap Hamas dalam beberapa hari mendatang.

Netanyahu berulang kali mengancam akan melancarkan serangan ke Rafah, karena kota itu merupakan “benteng pertahanan” terakhir Hamas.

Rafah menjadi tempat perlindungan terakhir bagi lebih dari 1,4 juta warga Palestina yang terpaksa mengungsi dari Jalur Gaza utara dan Jalur Gaza tengah akibat perang yang masih berlangsung antara Hamas dan Israel.

Israel melancarkan serangan berskala besar di Jalur Gaza dengan alasan untuk membalas serangan Hamas di perbatasan Israel selatan pada 7 Oktober 2023, di mana sekitar 1.200 orang terbunuh dan lebih dari 200 orang disandera.

Data Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, hingga Selasa, sebanyak 34.183 warga Palestina meninggal dunia dan 77.143 orang lainnya terluka di Jalur Gaza akibat serangan Israel.(ant/ris/rid)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs