Jumat, 22 November 2024

Google Pecat 28 Karyawan yang Protes Proyek Kerja Sama Perusahaan dengan Israel

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Arsip foto - Logo Google di kantor mereka di New York City, Amerika Serikat (20/1/2023). Foto : Antara

Google memecat 28 pegawainya atas keterlibatan mereka dalam aksi duduk 10 jam di dua kantor raksasa teknologi itu di California dan Kota New York, sebagai bentuk protes atas hubungan perusahaan tersebut dengan Israel.

Dilansir Antara, Kamis (18/4/2024), pemecatan itu sebagai tanggapan atas aksi protes yang dipimpin sebuah kelompok dengan sebutan No Tech For Apartheid yang menentang Proyek Nimbus.

Proyek itu diketahui berkaitan dengan penyimpanan data, pengumpulan, analisis, identifikasi motif dan fitur dari data, serta prediksi potensi data dan motif senilai 1,2 miliar dolar Amerika Serikat (sekitar Rp 19,4 triliun) dengan Israel. Kontrak proyek senilai 1,2 miliar dolar itu juga telah ditandatangani pada April 2021 antara Israel, Google, dan Amazon.

Akibat aksi protes tersebut, pihak Google pada Rabu (17/4/2024) memutuskan untuk memecat 28 pegawainya yang dituduh ikut serta dalam aksi itu.

“Malam ini, Google tanpa pandang bulu memecat lebih dari dua lusin pekerja, termasuk mereka di antara kami yang tidak berpartisipasi langsung dalam protes bersejarah yang berlangsung selama 10 jam di dua wilayah pesisir kemarin,” menurut unggahan di X oleh No Tech For Apartheid.

Sementara itu, Chris Rackow kepala keamanan global Google, menekankan kebijakan nol toleransi perusahaan terhadap perilaku pengunjuk rasa dalam memo yang dikirimkan kepada seluruh karyawan yang beredar di media sosial.

“Perilaku seperti ini tidak mendapat tempat di tempat kerja kami dan kami tidak akan membiarkannya,” kata Chris.

“Setelah adanya penyelidikan, hari ini kami memutuskan hubungan kerja dengan dua puluh delapan karyawan yang diketahui terlibat. Kami akan terus menyelidiki dan mengambil tindakan jika diperlukan,” tambahnya.

Selain itu sebagai tanggapan, No Tech For Apartheid mengutuk tindakan tersebut dan menyebutnya sebagai tindakan pembalasan yang mencolok.

“Tindakan pembalasan yang mencolok ini adalah indikasi nyata bahwa Google lebih menghargai kontrak senilai 1,2 miliar dolar dengan pemerintah dan militer Israel yang melakukan genosida dibandingkan pekerjanya sendiri,” kata kelompok tersebut.

Di sisi lain, pemecatan yang terjadi hanya beberapa jam setelah polisi menahan sembilan karyawan selama protes duduk di Sunnyvale, California, dan sebuah kantor di New York, telah menimbulkan gelombang kontroversi di dalam dan di luar perusahaan.

Sebagai informasi, Israel mengumumkan pada April 2021 bahwa Google dan Amazon memenangkan tender negara secara besar-besaran, yang memungkinkan Israel untuk membangun pusat server penyimpanan awan lokal.

Sistem ini dapat mengumpulkan semua sumber data yang disediakan oleh Israel dan militernya, termasuk basis data, sumber daya, dan bahkan sumber observasi langsung seperti kamera jalanan dan drone.

Kemudian menurut pendapat kritikus proyek ini dapat membantu Israel melanjutkan sistem penindasan, dominasi, dan segregasi terhadap rakyat Palestina. (ant/sya/bil/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs