Selasa, 26 November 2024

Kumpulkan Uang di Bawah Kasur, Nenek Supinah Bisa Berhaji

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Supinah (tengah) saat berbincang dengan wartawan di Asrama Haji Embarkasi Surabaya. Foto: Istimewa.

Supinah (76) Jamaah Calon Haji (JCH) Kloter 37 asal Ponorogo, mengaku senang bisa mewujudkan impiannya untuk menunaikan ibadah haji. Sejak suaminya meninggal, Supinah harus memenuhi kebutuhannya secara mandiri dengan bekerja keras menjadi buruh tani.

Pekerjaan itu telah ia lakukan sejak dirinya masih muda. Supinah mengaku pernah mendapat upah hanya Rp 500 per harinya. Seiring waktu, pendapatannya naik menjadi Rp 25.000 hingga Rp 30.000 per hari. Mungkin bagi orang lain, dengan pendapatan yang diperoleh Supinah akan membutuhkan waktu lama untuk pergi ke tanah suci.

Namun bagi Supinah, tidak ada kata menyerah. Apalagi, pergi ke tanah suci sudah menjadi cita-citanya sejak muda. Dikit demi sedikit, ia sisihkan pendapatannya di bawah tempat tidurnya. Ketika uangnya sudah terkumpul sekitar Rp 300.000, ia titipkan kepada tetangga di depan rumahnya.

Akhirnya, pada tahun 2010, uang yang ia titipkan ke tetangganya terkumpul lebih dari Rp 25.000.000. Kemudian, Supinah diantar oleh tetangganya untuk mendaftar haji.

“Sudah lama nyimpannya. Kadang uang sampe dimakan rayap dan berjamur. Nanti kalau sudah numpuk, saya titipkan ke tetangga saya yang sangat saya percayai,” kata dia.

Dalam kesehariannya, Nenek asal Dukuh Krajan Ngrupit Jenangan Bojonegoro ini mengaku sangat menghemat pendapatannya demi cita-citanya untuk menunaikan haji. Misalnya, dia hanya memasak beras dengan takaran 2 gelas kecil dan sayuran seadanya.

“Makannya ya pakai sambel, terong, bayem saja. Paling bagus pakai tahu sama tempe,” tuturnya.

Hampir satu tahun terakhir ini, Supinah berhenti sebagai buruh tani. Biasanya, ia bekerja serabutan, seperti dua hari sekali memetik bunga turi di pohon turi miliknya. Kemudian, bunga turi itu ia jual, dan mendapat uang sekitar Rp 5.000 hingga Rp 10.000.

Terkadang, Supinah juga mencari kayu untuk bahan bakar dapurnya. Seperti tanpa mengenal lelah di usia lanjutnya, Supinah mengaku terbiasa untuk bekerja keras dan masih merasa kuat.

“Uangnya bisa untuk beli beras, garam untuk makan, turinya juga kadang buat makan. Kebiasaan saya kerja keras, gerak terus jadi ya alhamdulillah masih sehat,” kata dia.

Supinah mengaku tidak memiliki barang berharga apapun selain rumah yang ditinggalinya. Meski tinggal di rumah yang sederhana, dengan dinding dan lantai yang mulai pecah dan mengelupas, Supinah mengaku sangat bersyukur impiannya bisa tercapai.

“Kasihan, sepedapun ia tak punya. Rumahnya banyak yang ngelupas dan pecah. Layak dapat bantuan. Semoga dengan masuk TV, ada yang mau bedah rumah mbah Supinah,” ujar tetangga Supinah. (ang)

Berita Terkait

Surabaya
Selasa, 26 November 2024
27o
Kurs