Nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap Dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (3/4/2024) pagi, tergelincir 36 poin atau 0,22 persen menjadi Rp15.933 per Dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp15.897 per Dolar AS.
Dilansir dari Antara, hal ini dipengaruhi oleh kenaikan imbal hasil obligasi Pemerintah Amerika Serikat (AS).
“Rupiah hari ini diprediksi melemah terhadap Dolar AS dipengaruhi oleh tren peningkatan yield obligasi AS 10 tahun,” kata Rully Nova analis Bank Woori Saudara.
Rully menuturkan imbal hasil obligasi Pemerintah AS meningkat ke 4,30 persen, dan data PMI AS naik menjadi 52,2 dari 47,8 bulan sebelumnya.
Pelemahan Rupiah juga disebabkan oleh memudarnya ekspektasi penurunan suku bunga AS pada Juni 2024 seiring makin menguatnya data-data ekonomi AS.
Dari domestik, sentimen yang muncul masih terkait dengan gugatan terhadap hasil pemilihan presiden dan wakil presiden di Mahkamah Konstitusi dan tren peningkatan inflasi Maret 2024.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi tahunan atau year on year (yoy) pada Maret 2024 sebesar 3,05 persen atau terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 102,99 pada Maret 2023 menjadi 106,13 pada Maret 2024.
Rully memprediksi Rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp15.870 per Dolar AS sampai dengan Rp15.920 per Dolar AS. (ant/saf/ipg)