Bakal calon presiden yang akan berkompetisi di Pilpres 2019 semakin jelas. Yakni Joko Widodo Capres petahana dan penantangnya Prabowo Subianto Ketua Umum Partai Gerindra.
Kepastian Prabowo bakal menjadi penantang Jokowi menyusul pertemuan kedua antara Susilo Bambang Yudoyono ketua umum partai Demokrat dengan Prabowo Subianto ketua umum partai Gerindra.
Pertemuan yang berlangsung di kediaman Prabowo, Senin (30/7/2018) menghasilkan keputusan yang oleh banyak orang dikatakan cukup mengejutkan.
Selain Demokrat dan Gerindra sepakat berkoalisi, SBY menyebut dengan lantang bahwa Prabowo Subianto adalah bakal calon presiden koalisi Demokrat Gerindra.
M Qodori dari lembaga survei Barometer mengatakan, dengan bergabungnya Demokrat dan Gerindra, pesta demokrasi Pilpres yang bersamaan waktunya dengan pemilihan calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan kabupaten kota yang akan digelar 17 April 2019 hanya akan dipasang Capres dan Cawapres.
Partai lain PAN, PKS dan PBB tidak mungkin membentuk koalisi baru untuk mengusung calon presiden selain Jokowi dan Prabowo karena tidak memenuhi syarat ambang batas calon presiden yakni 20 persen. Sedangkan kursi PAN dan PKS di DPR jumlahnya hanya 15,7 persen.
Menurut Qodori, amat bijak seandainya PAN, PKS dan PBB merapat ke Prabowo.
Pertanyaan masyarakat siapa bakal Cawapres Jokowi dan Prabowo.
Bursa Cawpres Jokowi disebut-sebut ada 10 nama antara lain Airlangga Hartarto ketum partai Golkar, Tuan Guru Bajang Gubernur NTB, Jusuf Kalla, Mahfud MD mantan ketua MK dan Muhaimin Iskandar ketum PKB.
Sedangkan di kubu Prabowo, kalau merujuk pada ijtihad ulama mengerucut pada dua nama yakni Salim Segaf Al Jufri ketua dewan Syuro PKS dan Ustadz Abdul Somat dai kondang.
PAN menyatakan menghormati ijtihad ulama namun keputusan akhir untuk menentukan capres pendamping Gerindra ada di tangan Prabowo dan partai koalisi. (jos/dwi)