Sabtu, 23 November 2024

Turunkan Angka Kematian Bayi di Jatim, RSU Haji Surabaya Kerja Sama dengan Singapura

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Deidy Setyawan Kepala Sub Bagian Administrasi Kerja Sama Luar Negeri Pemprov Jatim (tengah) dan Dr. drg. Sri Agustina Ariandani, M.Kes, Direktur RSU Haji Surabaya saat memberikan keterangan pers, Selasa (31/7/2018). Foto: Denza suarasurabaya.net

Angka kematian bayi (AKB) di Jawa Timur berdasarkan data BPS 2016 lalu mencapai 23,6 bayi dari 1.000 kelahiran. Meski masih di atas target nasional: 24 bayi dari 1.000 kelahiran, angka itu dianggap masih tinggi.

Fenomena yang sama juga terjadi di Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Surabaya. Pada 2017 lalu, AKB di rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur itu tercatat mencapai 23 dari 882 kelahiran.

Dr. drg. Sri Agustina Ariandani, M.Kes, Direktur RSU Haji Surabaya mengatakan, rumah sakit yang dia pimpin berkomitmen untuk terus menurunkan angka kematian bayi

“Targetnya, kami bisa menurunkan angka kematian bayi ini sampai 50 persen dari yang sekarang,” ujarnya saat memberikan keterangan pers di RSU Haji, Selasa (31/7/2018).

Gayung bersambut, sebuah program bertajuk Proyek Kegawatdaruratan Pediatri dan Perawatan Neonatal (Paediatric Emergency and Neonatal Care Project) diluncurkan hari ini.

Program kemitraan berwujud pelatihan tenaga kesehatan berdurasi empat tahun dengan Singapore International Foundation (SIF) ini bertujuan menurunkan tingkat kematian bayi dan balita di Jawa Timur.

Deidy Setyawan Kepala Sub Bagian Administrasi Kerja Sama Luar Negeri Pemprov Jatim mengatakan, RSU Haji dipilih untuk program ini karena pediatri dan neonatus menjadi bidang unggulan di rumah sakit itu.

“Sementara, rumah sakit lain milik Pemprov Jatim sudah pernah bekerja sama dengan SIF di bidang lainnya. Karena itu sejak awal, kami mengusulkan RSU Haji,” katanya.

Ada sebanyak 40 orang tenaga medis RSU Haji, baik dokter spesialis, dokter umum, dan perawat, yang akan mengikuti pelatihan dari tim spesialis Singapore International Volunteers.

Dalam tim spesialis itu, ada sejumlah dokter dan perawat multidisiplin dari KK Women’s and Children’s Hospital yang akan memberikan pelatihan, berbagi pengetahuan dan keterampilan dengan tenaga kesehatan di Jatim.

Selain RSU Haji, ada beberapa rumah sakit lain yang akan mengikuti program ini. Di antaranya RSUD Sidoarjo, RSUD Jombang, RSUD Ibnu Sina Gresik, RSUD Dr Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto, dan RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya.

Salah satu faktor yang diduga menyebabkan masih tingginya AKB di RSU Haji adalah kurang optimalnya sistem penanganan pasien antarfasilitas di Jawa Timur.

Hal itu seperti diungkapkan dr Dyah Retnowulan, Sp.A, Dokter Spesialis Anak di RSU Haji. Menurutnya, koordinasi antarfasilitas kesehatan di Jawa Timur belum begitu baik.

“Sebenarnya beberapa kompetensi sudah ada. SOP juga sudah ada. Tapi pelaksanaannya, koordinasi antara faskes pertama dengan faskes rujukan, masih perlu masukan,” ujarnya.

Dia berpendapat, muara dari segala persoalan angka kematian bayi adalah penanganan kegawatdaruratan balita atau bayi di faskes tingkat pertama, baik di Puskesmas atau rumah sakit swasta lainnya.

Sebab, kata Dyah, AKB di RSU Haji yang terdata, 34 persennya merupakan pasien rujukan dari faskes tingkat pertama. “Pembinaan di jejaring Puskesmas sejak awal kami harapkan bisa menurunkan angka kematian bayi ini,” katanya.

Hasil pelatihan tim spesialis yang didatangkan SIF di program ini akan ditularkan oleh para peserta kepada tenaga medis di faskes pertama yang menjadi jejaring RSU Haji.

“Ada empat Puskesmas yang termasuk Jejaring Rumah Sakit Haji (Jeruji). Puskesmas Tenggilis, Kali Rungkut, Gunung Anyar, dan Medokan Ayu. Tapi tidak menutup kemungkinan, kami juga akan melakukan pembinaan untuk Puskesmas lainnya,” ujarnya.(den/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
35o
Kurs