Lembaga Pemberdayaan Tuna Netra Surabaya menilai, transportasi umum di Surabaya masih belum sepenuhnya ramah disabilitas.
Tutus Setiawan Ketua Lembaga Pemberdayaan Tuna Netra Surabaya mengatakan, transportasi ramah disabilitas harus memenuhi dua aspek aksesibilitas, yakni fisik dan non fisik.
“Secara fisik, yaitu secara bangunannya, infrastrukturnya, haltenya, trotoarnya, informasi dalam bentuk audio baik yang di luar maupun di dalam busnya,” katanya dalam Forum Group Discussion (FGD) soal transportasi ramah disabilitas di Suara Surabaya (SS) Media, Selasa (26/3/2024).
Sedangkan secara non fisik, yaitu seperti pembayaran yang aksesibel, yang bisa dilakukan oleh penyandang disabilitas dengan mudah. Serta ada yang membantu disabilitas, seperti untuk pengguna kursi roda ketika hendak masuk armada.
Sedangkan untuk masyarakat, ia berharap agar masyarakat tidak memandang disabilitas dengan cuek, atau bahkan dengan tidak peduli pada fasilitas disabilitas pada transportasi umum.
“Disabilitas bukan sebuah monster yang menakutkan. Karena mereka khawatir tidak tahu memperlakukan kita, mungkin kalau bersinggungan dengan tunanetra gimana ya menggandengnya, mereka lebih banyak tidak responsif, tidak tahu dan cuek,” tuturnya.
Ia mengatakan, disabilitas juga ingin mendekatkan diri kepada masyarakat yang lain untuk bersosialisasi.
Dalam kesempatan itu, Machsus Dosen Transportasi Prodi S2 Terapan, Teknik Infrastruktur Sipil, Fakultas Vokasi Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) mengatakan bahwa transportasi yang dibutuhkan oleh disabilitas adalah yang mudah aksesnya, nyaman dan murah.
“Seperti keterbatasan untuk disabilitas yang menggunakan kursi roda, gimana agar bisa naik di angkutan umum seperti feeder wira wiri, agar ada fasilitas untuk naik, pintu lebar dan sebagainya,” katanya.
Harus ada fasilitas penunjang, termasuk halte, pedestrian, karena bagian dari sistem transportasi.
Selain itu, fasilitas penunjang seperti halte, pedestrian, trotoar dan lainnya yang bagian dari sistem transportasi, harus diperhatikan. Yakni, agar memiliki kemudahan untuk membantu akses disabilitas.
Sementara itu, Eni Sugiharti Fajarsari Kepala UPTD Pengelolaan Transportasi Umum Dinas Perhubungan Kota Surabaya mengatakan, bahwa saat ini di Surabaya sudah terus diupayakan agar transportasi lebih ramah lingkungan.
Eni menyebut, untuk merespon hal tersebut, pihaknya ada program jangka pendek seperti membuat aplikasi untuk membantu informasi transportasi, dan jangka panjang seperti kerja sama dengan organisasi disabilitas untuk bergerak bersama.
“Berarti harus kita benahi bahwa moda transportasi harus ada fasilitas-fasilitas seperti itu,” tuturnya.
Saat ini, ia mengatakan bahwa sudah ada Surabaya bus yang bisa menggunakan kursi roda. Serta bisa memakai aplikasi untuk membantu disabilitas. Tetapi, untuk mewujudkan transportasi yang benar-benar ramah disabilitas akan terus dilakukan perbaikan dengan menggandeng lembaga disabilitas.(ris/iss/faz)