Bagong Suyanto Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) mengatakan, fenomena perburuan takjil lintas agama merupakan momen yang bagus untuk mempererat persaudaraan antar umat beragama.
“Saya melihat fenomena ini sebagai bentuk tindakan yang rukun antar umat beragama,” katanya dalam keterangan yang diterima, Minggu (24/3/2024).
Hal tersebut menjadi tren yang baik karena mengandung pesan moral untuk saling menghormati dan berbagi satu sama lain meski memeluk agama yang berbeda.
“Kalau masyarakat muslim beli takjil kebanyakan untuk konsumsi pribadi. Kalau masyarakat non muslim beli takjil selain untuk konsumsi pribadi, ada juga yang dibagikan kepada masyarakat yang menjalankan puasa,” tuturnya.
Fenomena itu juga, sekaligus membuktikan bahwa masyarakat Indonesia memiliki rasa toleransi yang bagus, seiring dengan adanya keragaman budaya dan agama di Indonesia.
“Memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa meski berbeda agama tetap harus saling menghormati,” ujarnya.
Pakar sosiologi itu berharap, tren yang berdampak positif itu tidak berhenti pada bulan Ramadan tahun ini saja. Melainkan, bisa terus berlanjut di bulan puasa tahun mendatang.
“Di masyarakat multipluralis seperti Indonesia harus dibangun sikap yang toleran,” pungkasnya.
Seperti diketahui, fenomena berburu takjil tersebut juga ramai diperbincangkan di media sosial, karena masyarakat harus adu cepat untuk membeli takjil agar tidak kehabisan.(ris/saf/ham)