Jumat, 22 November 2024

Belajar dari Gempa Tuban, Pakar Geologi Dorong Pembangunan Gedung Perhatikan Amplifikasi Tanah

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Amien Widodo Pakar Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Foto: Dok/ Wildan suarasurabaya.net

Amien Widodo Peneliti Senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mendorong pemerintah daerah khususnya Surabaya untuk kembali melakukan mitigasi dengan mengecek tanah-tanah yang berpotensi terjadi amplifikasi.

Hal tersebut disampaikannya, usai beberapa bangunan di Kota Surabaya seperti rumah sakit hingga mall mengalami kerusakan akibat gempa di Tuban dan Bawean, Jumat (22/3/2024) kemarin.

“Jadi, mestinya pemerintah daerah ini harus belajar, memang harus melihat lagi tanah-tanah yang ada di Surabaya yang memungkinkan untuk mengalami amplifikasi,” jelasnya kepada Radio Suara Surabaya, Sabtu (23/3/2024).

Adapun amplifikasi tanah merupakan perubahan percepatan gerakan tanah dari batuan dasar ke permukaan. Besarnya amplifikasi berkorelasi dengan tingkat kerusakan akibat gempa bumi. Semakin tinggi nilai amplifikasi, maka semakin besar tingkat kerusakannya, dan sebaliknya.

Pemerintah, lanjutnya, juga diminta untuk belajar dari kejadian gempa kemarin. Apalagi menurutnya, dari Pusat Studi Gempa Nasional juga disebutkan jika Jawa Timur dilewati sesar-sesar aktif, dimulai dari Sesar Banyuwangi, Probolinggo, Pasuruan, Surabaya Waru sampai Saradan Madiun.

“Artinya nanti kalau itu terjadi (gempa) di segmen-segmen yang saya sebutkan tadi itu mestinya lebih mengejutkan lagi karena terjadinya di darat. Seperti di Jogja ada Sesar Opak, tahun 2006 itu bergerak dan akhirnya hancur total,” contohnya.

Pakar Geologi ITS itu juga meminta pemerintah mengedukasi masyarakatnya, supaya memperhatikan bangunan di atas tanah amplifikasi, seperti menggunakan tiang pancang yang lebih panjang untuk menembus batuan.

Dia mencontohkan kerusakan di Rumah Sakit Unair akibat gempa kemarin, mengakibatkan para pasien yang dirawat untuk dievakuasi keluar supaya segera ada pemetaan risiko dengan melakukan asesmen tanah dan bangunan.

“Kalau nanti diketahui bahwa tanahnya jelek, bangunannya jelek, maka itu nanti risikonya tinggi. Tapi kalau tanahnya baik, bangunannya jelek, itu risiko sedang. Tapi kalau bangunannya baik, tanahnya baik, itu risiko kecil. Apa yang harus dilakukan, mestinya sudah ada aturannya dari pemeritah kota,” jelasnya.

Kemudian, ke depan sebelum melakukan pembangunan, Amien minta supaya mendahulukan untuk mengecek kondisi tanah daripada merancang struktur bangunan yang tahan gempa.

“Tanah itu yang (pertama) harus diperhatikan, yang lebih didahulukan, terutama tanah-tanah yang endapan tadi,” tutupnya.

Untuk diketahui , terhitung per Sabtu (23/3/2024) pagi, pukul 07.00 WIB, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sudah terjadi 150 kali gempa susulan usai gempa pertama yang terjadi, Jumat (22/3/2024) siang kemarin.

“Update gempa bumi (Laut) Bawean sampai dengan tanggal 23 maret 2024 jam 07:00, terjadi 150 gempa bumi susulan,” tulis Stasiun Geologi BMKG Pasuruan dalam keterangan yang diterima suarasurabaya.net.

Dari 150 kali gempa itu, dua di antaranya memiliki kekuatan signifikan. Gempa pertama terjadi sekitar pukul 11.22 WIB dengan magnitudo 6,0. Sementara gempa signifikan kedua terjadi pada Jumat sore sekitar pukul 15.52 WIB dengan magnitudo 6,5.

Episenter gempa ini terletak di 35 kilometer arah barat Pulau Bawean atau 114 kilometer dari arah timur Tuban dengan kedalaman 12 kilometer.

Selain memberi guncangan lebih dahsyat di Bawean, gempa tersebut dirasakan di Surabaya hingga Kulon Progo dan sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan.(bil/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs