Jumat, 22 November 2024

Kenali Gejala Gangguan Mental pada Ibu selepas Melahirkan

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi - Tangan ibu yang baru melahirkan dan bayinya. Foto: Shutterstock Ilustrasi - Tangan ibu yang baru melahirkan dan bayinya. Foto: Shutterstock

Dokter I Putu Gede Kayika spesialis obstetri dan ginekologi dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta menyampaikan, beban mental dan emosional pada ibu yang baru melahirkan dapat menyebabkan gangguan mental seperti baby blues dan depresi pascapersalinan.

“Seorang ibu yang baru mengalami perubahan proses itu, secara mental atau psikisnya mengalami beban yang bisa mengganggu orang di lingkungan, termasuk anaknya,” kata Putu dilansir Antara pada Senin (18/3/2024).

Kondisi seperti itu ada banyak. Seperti baby blues, jika dilihat hal itu masih tergolong ringan karena ada yang lebih berat lagi, yakni depresi postpartum.

Putu menyampaikan bahwa banyak perempuan yang menghadapi tantangan besar dalam mengelola perubahan fisik, psikis, dan emosional signifikan setelah melahirkan.

Menurutnya, kondisi yang demikian bisa menimbulkan gangguan mental pascamelahirkan yang gejalanya bisa berupa munculnya perasaan sedih, kecemasan, kebingungan, serta kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari.

Dia mengatakan, ibu yang baru melahirkan juga bisa mengalami penurunan nafsu makan yang menyebabkan berat badan turun, kesulitan berkonsentrasi dan mengambil keputusan, serta merasa tertekan sepanjang hari.

Selain itu, perempuan yang baru melahirkan dapat merasakan kelelahan yang berlebihan, kesulitan tidur, perubahan suasana hati tiba-tiba, serta kewalahan menjalankan tugas-tugas baru setelah kelahiran bayinya.

Perubahan-perubahan yang dialami oleh ibu yang baru melahirkan, menurut dia, bisa membuat mereka merasa terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang sebelumnya mereka nikmati seperti menonton dan beraktivitas di media sosial.

Ia menyampaikan, gejala-gejala tersebut menandai terjadinya depresi pascamelahirkan apabila berlangsung lebih dari dua minggu dan menghambat tugas ibu dalam merawat bayi.

“Kurang lebih gejala awalnya mirip gitu. Tapi, biasanya baby blues terjadi seminggu atau dua minggu pertama,” ucapnya.

“Sementara yang lebih berat itu akan lebih dari dua minggu dan bisa masuk ke dalam kategori depresi pascamelahirkan. Jadi, intensitasnya lebih berat dengan durasi yang lebih lama hingga bisa menghambat fungsi dari ibu dalam aktivitas sehari-harinya sebagai orang yang punya bayi,” jelasnya.

Dia mengemukakan bahwa gangguan mental pada ibu menjadi lebih serius apabila munculnya ide untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya. Kondisi yang demikian merupakan tanda bahaya dari depresi pascapersalinan.

Selain itu, perlunya peningkatan pengetahuan keluarga mengenai kondisi mental dan emosional ibu seusai melahirkan dalam upaya mengurangi risiko gangguan mental dan memberikan dukungan yang tepat bagi ibu yang baru melahirkan. (ant/ike/saf/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs