Sejumlah kota/kabupaten di Jawa Timur dilanda bencana banjir akibat tanggul jebol hingga luapan sungai, dampak dari pucak cuaca ekstrem pada Sabtu (9/3/2024).
Berdasarkan analisa Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, puncak musim hujan diprediksi terjadi pada Januari – Maret 2024.
Cuaca ekstrem yang diprediksi akan berlangsung hingga bulan ini berpotensi meningkatkan ancaman bencana hidrometeorologi seperti angin kencang, banjir dan tanah longsor.
Merespon kondisi ini, Adhy Karyono Penjabat (Pj) Gubernur Jatim meminta kepada seluruh perangkat daerah di lingkungan Pemprov Jatim supaya siap siaga mengatasi dampak bencana hidrometeorologi agar tidak memakan korban jiwa.
Pj Gubernur Jatim itu juga mengimbau kepada seluruh masyarakat Jatim agar meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaannya terutama waktu terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
“Sepekan ini, banyak kejadian banjir, angin kencang dan tanah longsor di berbagai daerah. Kami mengimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, agar terhindar dari bencana yang mengancam,” kata Adhy Karyono, Senin (11/3/2024).
Untuk menghadapi potensi bencana hidrometeorologi ini, Adhy mengklaim seluruh sistem kesiapsiagaan bencana di Jatim sudah sangat siap guna mengantisipasi potensi adanya bencana baik dalam bentuk peralatan maupun personel.
“Pemprov Jatim dengan kesiapsiagaan penuh, seluruh elemennya utama BPBD, Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial wajib fast respon dan lakukan langkah antisipasi di masa-masa seperti ini,” jelasnya.
Berbagai langkah dari Pemprov Jatim dalam memitigasi potensi bencana hidrometeorologi itu di antaranya, melalui sistem Early Warning System (EWS) terpadu BPBD yang dikembangkan dan notifikasinya disebarluaskan melalui semua moda komunikasi.
Adhy menyebut, sistem EWS itu disebarluaskan melalui berbagai moda komunikasi di media sosial bahkan sudah terintegrasi dengan radar cuaca milik BMKG.
“Ini disebarluaskan melalui semua moda komunikasi, website, media sosial. Kemudian juga ada integrasi teknologi canggih, seperti radar cuaca BMKG dan pemantauan sungai dari BBWS, PU SDA dan Jasa Tirta diintegrasikan pada Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) yang dipantau secara 24 jam,” terang Adhy.
Pj Gubernur Jatim itu menyatakan, upaya mitigasi juga dilakukan di sektor infrastuktur tanggul hingga proses normalisasi sungai dangkal yang berpotensi menyebabkan luapan air.
“Kami juga telah memperkuat tanggul-tanggul yang kritis, meningkatkan kapasitas pompa air dan normalisasi sungai untuk meningkatkan kapasitas daya tampung air sekaligus melancarkan aliran,” tuturnya.
Menurut data yang disampaikan Adhy, bencana hidrometeorologi sudah terjadi di beberapa kabupaten/kota di Jatim. Antara lain, Kabupaten dan Kota Mojokerto mengalami banjir, tanggul jebol hingga jembatan putus.
Kemudian genangan, di Kabupaten dan Kota Probolinggo, Kabupaten Madiun, Magetan dan Ngawi juga terjadi banjir luapan air sungai usai hujan deras.
Bekas Sekdaprov Jatim itu juga memastikan bahwa sejumlah daerah yang dilanda bencana banjir tadi telah mendapatkan penanganan dan tidak ada korban jiwa.
“Sesuai update dari teman-teman di lapangan, kondisi saat ini semua telah surut total dan tidak ada korban jiwa,” ujarnya.(wld/azw/ipg)