Otoritas kesehatan Gaza mengatakan pasukan Israel pada hari Kamis (29/2/2024) menembak mati lebih dari 100 warga Palestina saat mereka menunggu pengiriman bantuan. Namun, pihak Israel justru menyalahkan kematian warga sipil tersebut akibat kerumunan massa yang mengepung truk-truk bantuan sehingga mengakibatkan banyak warga terinjak-injak atau terlindas.
Sedikitnya 112 orang tewas dan lebih dari 280 lainnya terluka dalam insiden di dekat Kota Gaza tersebut. Jumlah korban jiwa warga sipil tersebut merupakan yang terbesar dalam beberapa minggu terakhir, dilansir Reuters.
Hamas mengatakan bahwa insiden tersebut dapat memengaruhi hasil diskusi di Qatar beberapa waktu lalu, yang bertujuan untuk mewujudkan gencatan senjata dan pembebasan sandera Israel yang mereka tahan.
Joe Biden Presiden Amerika Serikat (AS), ketika ditanya apakah menurutnya kejadian ini dapat mempersulit perundingan, dia mengatakan, “Saya tahu itu akan terjadi.”
Para petugas medis di Gaza mengatakan bahwa mereka tidak dapat mengatasi membludaknya korban luka-luka serius, yang terjadi ketika jumlah korban tewas dalam perang selama hampir lima bulan ini telah melampaui angka 30.000 orang.
Militer Israel mengatakan bahwa truk-truk bantuan tersebut dioperasikan oleh kontraktor swasta sebagai bagian dari operasi bantuan yang telah mereka awasi selama empat malam terakhir.
Seorang pejabat Israel mengatakan bahwa telah terjadi dua insiden yang berjarak ratusan meter. Pada insiden pertama, puluhan orang tewas atau terluka ketika mereka mencoba mengambil bantuan dari truk-truk tersebut hingga terinjak-injak atau terlindas.
Kemudian ada insiden kedua terjadi ketika beberapa orang dalam kerumunan mendekati pasukan Israel, lalu mereka melepaskan tembakan dan menewaskan sejumlah orang yang tidak diketahui jumlahnya dalam “tanggapan terbatas”.
Dalam sebuah konferensi pers, Laksamana Muda Daniel Hagari juru bicara Pasukan Pertahanan Israel mengatakan, puluhan orang terinjak-injak atau terluka dalam kerumunan saat menurunkan suplai dari truk-truk tersebut.
Dia mengatakan tank-tank yang mengawal truk bantuan tersebut kemudian melepaskan tembakan peringatan untuk membubarkan kerumunan massa dan mundur ketika kejadian mulai tidak terkendali.
“Tidak ada serangan IDF yang dilakukan terhadap konvoi bantuan,” katanya.
“IDF berada di sana melakukan operasi kemanusiaan untuk mengamankan koridor kemanusiaan dan memungkinkan konvoi bantuan mencapai titik distribusi yang telah ditentukan,” tambahnya.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa pihaknya sedang mendalami insiden tersebut, demikian pula dengan kementerian luar negeri Prancis.
Gedung Putih Mendesak Penyelidikan Terhadap Tindakan Israel
Menanggapi pernyataan Israel, Hamas mengeluarkan sebuah pernyataan yang menolak laporan Israel tersebut.
Dikatakan bahwa Kementerian Kesehatan telah memberikan bukti yang kuat dan tidak dapat disangkal tentang penembakan langsung terhadap warga, termasuk tembakan di kepala yang bertujuan untuk membunuh, di samping kesaksian semua saksi yang mengkonfirmasi bahwa mereka menjadi sasaran tembakan langsung tanpa menimbulkan ancaman bagi tentara pendudukan.
Gedung Putih mengatakan bahwa beberapa waktu sebelumnya Biden telah membahas cara-cara untuk mengamankan pembebasan sandera Israel dan gencatan senjata selama enam minggu dengan para pemimpin Mesir dan Qatar.
Mahmoud Abbas Presiden Palestina, mengatakan bahwa kejadian ini merupakan “pembantaian yang buruk” yang dilakukan oleh Israel.
Christophe Lemoine juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan, Israel bertanggung jawab di bawah hukum internasional untuk melindungi distribusi bantuan kepada warga sipil. (azw/iss)