Jumat, 22 November 2024

1.200 Pondok Pesantren di Jawa Timur Belum Punya Izin

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Mohammad As'adul Anam Kabid Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kanwil Kemenag Jatim waktu jumpa pers melalui zoom, Kamis (29/2/2024). Foto: tangkapan layar

Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Timur (Jatim) menyoroti 1.200 pondok pesantren (ponpes) yang belum memiliki izin operasional.

Mohammad As’adul Anam Kabid Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kanwil Kemenag Jatim menjelaskan, temuan ribuan ponpes belum berizin itu diketahui pihaknya setelah melihat perbedaan data yang dimiliki Rabithah Ma’had Islamiyah (RMI) PWNU Jatim.

“Perbedaan data antara RMI dengan kami itu ada sekitar 1.200-an (pesantren belum berizin). Kami bekerja sama dengan RMI ini untuk lembaga ini (supaya) segera mengajukan izin,” kata Anam saat konferensi pers secara daring, Kamis (29/2/2024).

Anam mengatakan, pihaknya akan bekerja sama dengan RMI PWNU Jatim untuk mengakselerasi ribuan pesantren yang belum memiliki izin tersebut.

Menurut Anam sinergi dua lembaga ini menjadi upaya penting. Sebab, sekitar 90 persen dari total ponpes di Jatim, berada di bawah naungan RMI PWNU.

Sebagai informasi, izin operasional pesantren ini menjadi sorotan setelah peristiwa kekerasan menimpa korban BBM (14) hingga meninggal dunia.

Korban asal Banyuwangi itu dianiaya santri yang lebih senior di Pondok Pesantren PPTQ Al Hanifiyyah, Desa Kranding, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri.

Anam juga membenarkan bahwa PPTQ Al Hanifiyyah yang diasuh Fatihunada atau Gus Fatif itu belum memiliki izin operasional. Ia menyebut pesantren ini relatif baru, karena beroperasi sejak 2014.

“Pesantren ini memang relatif baru. Pesantren ini berdampingan dengan ponpes yang sudah lama berdiri, Al-Islahiyyah. Jadi belum mengajukan izin operasional,” katanya.

Ponpes tersebut sudah beroperasi meskipun belum mengantongi surat izin. Menurut Anam, berdirinya pesantren biasanya bermula dari kegiatan mengaji di tempat tersebut.

Kemudian semakin lama, jumlah santri yang mengaji di tempat itu semakin banyak, sehingga diperlukan pembentukan pesantren.

“Sejarah berdirinya pesantren itu kan tidak langsung jadi pesantren. Pertama jadi tempat mengaji, setelah santri bertambah banyak, kiyai mendirikan asrama. Dan santri itu datang tanpa diundang,” ujarnya. (wld/bil/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs