United Nations Children’s Fund (Unicef) atau Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa bersama Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur (Dindik Jatim), melatih sebanyak 2.000 lebih generasi muda meningkatkan kemampuan digitalnya.
Tubagus Arie Rukmantara Kepala Perwakilan Unicef Indonesia wilayah Jawa mengatakan, program itu bertujuan untuk mempersiapkan keterampilan digital pelajar, sehingga bisa menghadapi tuntutan dunia kerja zaman sekarang yang menggunakan teknologi digital.
“Mengembangkan solusi digital berkelanjutan dengan memanfaatkan bekal pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama pelatihan, terutama kaum wanita dan disabilitas yang selama ini terpinggirkan,” katanya dalam acara “Demo Day, Program Digital Skills Unicef untuk Generasi Terampil” di Surabaya, Rabu (28/2/2024).
Pelatihan itu, kata dia, memberikan kesempatan luas untuk belajar bagaimana bekerja melalui aplikasi dan platform digital, serta menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung, yakni dengan mengikuti perkembangan teknologi.
“Membuka potensi penuh individu melalui peningkatan keterampilan teknis dan menjamin akses peluang yang adil bagi semua orang dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan geografis dalam mengikuti perkembangan teknologi dan dunia kerja digital,” katanya.
Sementara itu, Tri Joko Wahyu Adi Direktur Direktorat Kerjasama dan Pengembangan Usaha (DKPU) ITS mengatakan bahwa 90 persen peserta yang mengikuti pelatihan tersebut, mengaku berguna untuk mendapat pekerjaan di platform digital.
“Mampu membuat perubahan dalam memecahkan masalah yang ada. Mereka para peserta juga tertarik untuk mengembangkan keterampilan digitalnya dan berpartisipasi lebih lanjut pada pelatihan-pelatihan yang tersedia,” katanya.
Dalam program tersebut, diberikan tiga tahapan, yakni mulai dari sosialisasi ke sekolah sasaran, Forum Group Discussion (FGD), pelatihan trainer dan mentor, grand launching, pelatihan siswa, uji keterampilan, workshop, bootcamp, hingga presentation.
“Pelatihan ini merupakan extend program SMA Doubletrack. Selain mendapatkan kecakapan kerja dan kecakapan wirausaha, siswa diberkan bekal keterampilan baru, keterampilan digital,” katanya.
Selain itu, siswa juga didorong untuk menciptakan produk digital yang inovatif untuk membangkitkan kreativitas dalam belajar digital skills, kewirausahaan, kepedulian dan rasa tanggung jawab sosial.
“Juga diwajibkan melakukan bakti karya digital, sebuah kegiatan bakti sosial dengan memanfaatkan keterampilan digital yang telah dipelajari siswa dari pelatihan. Bentuknya membantu masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan di lingkungan sekitar,” katanya.
Seperti diketahui, program tersebut melibatkan 52 SMA negeri dan swasta di kawasan pinggiran kota yang sebagian besar siswanya tidak melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Selain itu juga melibatkan 10 lembaga Non Formal Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Kota Surabaya yang menyelenggarakan Paket C. (ris/bil/faz)