Selasa, 26 November 2024

Menabrak Khittah NU Jangan Tergoda Dukung Mendukung Capres Cawapres

Laporan oleh Jose Asmanu
Bagikan
DR Halim Mahfud (Gus Im) intelektual muda NU. Foto: Istimewa

DR Halim Mahfud (Gus Im) pengasuh Pondok Pesantren Seblak Cukir Jombang Jawa Timur menyatakan prihatin dengan sikap PBNU yang tergoda politik praktis jelang Pemilu 2019.

Sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, yang bergerak di bidang moral keagamaan, seharusnya bersikap netral, dukungan terhadap Capres-Cawapres tertentu tidak dilakukan secara vulgar dan dipublikasikan di media. Selain akan merugikan NU secara kelembagaan juga membingungkan umat.

Gus Im yang juga intelektual muda NU ini menilai bahwa peran politik moral NU jauh lebih penting dari pada peran politik praktis. Dengan memerankan itu, NU dapat menjadi rujukan banyak kalangan, tidak hanya kalangan politik namun juga kalangan lain untuk membangun negara yang demokratis.

“PBNU semestinya tetap berada di tataran moral high ground, bukan terlibat dalam politik pragmatis,” ujarnya, Selasa (7/8/2018).

Dia juga menyebut NU sebagai satu-satunya lembaga yang bisa menyatukan warga yang terpisah oleh kepentingan pascapemilihan presiden 2019 kelak. “Sekarang coba katakan siapa yang berada dalam political wisdom. Cuma NU,” kata Gus Im.

Sementara, Zuhairi Misrawi tokoh muda NU mengingatkan bahwa momentum politik pemilihan presiden dan wakil presiden merupakan sebuah ujian tersendiri bagi semangat khittah PBNU. Dalam ujian ini PBNU dihadapkan pada godaan politik yang cukup besar.

“Saat inilah PBNU sedang diuji. Apakah akan tetap berpegang teguh untuk tetap pada tataran politik moral atau terjun pada politik praktis,” ujar Zuhairi.

Momentum politik pemilihan presiden dan wakil presiden, oleh Zuhairi, disebut sebagai “jebakan” yang dapat menjerumuskan pengurus NU ke dalam perpolitikan praktis.

Ia juga mengingatkan bahwa warga dan pengurus PBNU semestinya berpegang teguh pada sembilan nilai politik warga NU yang pernah dicetuskan dalam Muktamar NU XVIII di Krapayak Yogyakarta tahun 1989.

“Saya justru melihat ini saatnya NU memberikan arahan, misalnya dengan menyodorkan poin apa saja yang perlu diperjuangkan oleh pemerintah ke depan,” kata Zuhairi.

Sebelumnya, Helmy Faishal Zaini Sekjen PBNU menjelaskan dukungan ulama dan pengasuh pondok pesantren kepada Jokowi dan Muhaimin yang disampaikan melalui KH Said Aqil Siradj Ketum PBNU sifatnya pribadi. “Dukungan itu dititipkan melalui Kiai Said, karena para ulama dan kiai itu melihat hubungan Kiai Said dengan Presiden Jokowi cukup dekat,” kata Hilmi.(jos/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Selasa, 26 November 2024
28o
Kurs