Jumat, 22 November 2024

UNICEF: Kehidupan Anak di Gaza Terancam Malnutrisi dan Penyakit

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Dua anak Palestina melihat melalui jendela bus saat menunggu untuk menyeberang ke Mesir di perbatasan Rafah antara Mesir dan selatan Jalur Gaza, Selasa (23/6/2015). Foto: Reuters

Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) menyoroti tingginya angka malnutrisi di kalangan anak-anak, perempuan hamil dan menyusui di Jalur Gaza yang menimbulkan ancaman besar bagi kesehatan mereka.

“Ketika konflik yang sedang berlangsung di Jalur Gaza memasuki pekan ke-20, makanan dan air bersih menjadi sangat langka dan penyakit merajalela, sehingga membahayakan nutrisi dan kekebalan perempuan dan anak-anak serta mengakibatkan lonjakan malnutrisi akut,” pernyataan UNICEF, dilansir Antara, Selasa (20/2/2024).

Menurut pernyataan tersebut, situasi di wilayah utara dinyatakan “sangat serius”, karena satu dari enam anak di bawah usia dua tahun mengalami kekurangan gizi akut.

Selain itu, disebutkan pula pemeriksaan serupa yang dilakukan di Rafah, Gaza selatan, di mana bantuan lebih banyak tersedia, dan ditemukan 5 persen anak di bawah usia dua tahun mengalami kekurangan gizi akut.

“Ini adalah bukti nyata bahwa akses terhadap bantuan kemanusiaan diperlukan, dan dapat membantu mencegah dampak terburuk. Hal ini juga memperkuat seruan lembaga-lembaga tersebut untuk melindungi Rafah dari ancaman operasi militer yang intensif,” demikian dalam pernyataan itu.

Ted Chaiban Wakil Direktur Eksekutif UNICEF untuk Aksi Kemanusiaan dan Operasi Pasokan, mengatakan Jalur Gaza akan menjadi saksi “ledakan” jumlah kematian anak-anak yang akan menambah tingkat kematian anak-anak di Gaza.

“Kami telah memperingatkan selama berminggu-minggu bahwa Jalur Gaza berada di ambang krisis nutrisi,” kata Chaiban.

“Jika konflik tidak berakhir sekarang, gizi anak-anak akan terus menurun drastis, menyebabkan kematian yang seharusnya dapat dicegah, atau masalah kesehatan yang akan mempengaruhi anak-anak Gaza selama sisa hidup mereka, dan berpotensi menimbulkan konsekuensi antargenerasi,” tambahnya.

Sementara itu, pemboman Israel yang terjadi telah menewaskan hampir 29.092 orang dan melukai sekitar 69.028 orang disertai kehancuran massal dan kekurangan bahan-bahan kebutuhan pokok.

Menurut data PBB, serangan Israel di Gaza telah menyebabkan 85 persen penduduk wilayah itu mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah itu telah rusak atau hancur.

Di sisi lain, Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Keputusan sementara pada bulan Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza. (ant/sya/iss)

Berita Terkait

PBB: 162 Sekolah Diserang di Gaza


Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs